Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pembatasan Pemain, Merusak Momentum Timnas

By Sabtu, 10 September 2016 | 12:38 WIB
Gelandang tim nasional Indonesia, Andik Vermansyah (kiri) ikut merayakan gol yang dicetak Boaz Solossa dalam pertandingan uji coba menghadapi Malaysia di Stadion Manahan, Solo, pada Selasa (6/9/2016).
KUKUH WAHYUDI/JUARA.NET
Gelandang tim nasional Indonesia, Andik Vermansyah (kiri) ikut merayakan gol yang dicetak Boaz Solossa dalam pertandingan uji coba menghadapi Malaysia di Stadion Manahan, Solo, pada Selasa (6/9/2016).

Setelah gagal total di dua edisi terakhir (2012 dan 2014), Indonesia menatap Piala AFF 2016 dengan kondisi yang tidak normal. Selain jadwal turnamen yang sulit digeser karena memang tak ada yang menduga sanksi FIFA dicabut, ada pula pembatasan maksimal dua pemain yang dipanggil dari setiap klub.

Penulis: Kukuh Wahyudi

Keadaan ini diyakini bakal menjadi batu sandungan bagi timnas untuk memperbaiki tren di turnamen dua tahunan Asia Tenggara itu. Padahal, dengan seluruh pemain terbaiknya saja, misi Tim Merah Putih naik ke podium tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Dua pemain Indonesia yang lama menghabiskan waktu di luar negeri, Andik Vermansah dan Dedi Gusmawan, tak habis pikir dengan kondisi itu. Ucapan bernada menyayangkan pun meluncur dari keduanya.

Baca Juga:

Menurut Andik, seharusnya pelatih Alfred Riedl bisa dengan bebas memanggil seluruh pemain terbaik tanpa mengkhawatirkan jatah pemanggilan. Gelandang Selangor FA (Malaysia) itu berharap kebijakan pembatasan itu masih bisa direvisi sebelum AFF berlangsung.

“Buat apa main di kompetisi (TSC) bila tidak untuk timnas? Masih banyak pemain bagus yang tidak dipanggil karena pembatasan ini,” ucap pemain kelahiran Jember, 23 November 1991, itu.

Hal senada diutarakan oleh Dedi, bek tengah yang sempat berkarier di Zeyar Shwe Myay (Myanmar). Menurut pemain berusia 30 tahun kelahiran Deli Serdang itu, pembatasan pemain justru merusak momentum kebangkitan Indonesia.

“Saya rasa tidak etis dan tidak fair. Piala AFF tahun ini seharusnya bisa jadi momentum untuk menunjukkan kepada dunia kita bisa berprestasi,” tuturnya.

Kedua pemain itu pun coba membandingkan kebijakan di Indonesia dengan negara di mana mereka berkarier, Malaysia dan Myanmar.

“Di Malaysia tak ada pembatasan. Pelatih bisa memanggil berapa pun pemain dari setiap klub,” ujar Andik.

Timnas Harimau Malaya itu pun bisa dengan lancar menjalani rangkaian uji coba di Oseania tanpa ada gangguan besar dalam pemanggilan pemain.

Dedi sedikit membongkar apa yang dia ketahui di Myanmar. “Liga sampai dipercepat sehingga hanya delapan bulan. Hal itu bertujuan agar timnas bisa mempersiapkan diri untuk AFF,” kata Dedi.

“Tak hanya itu, di musim 2016 ada perubahan regulasi pemain asing, yaitu hanya boleh tiga (sebelumnya empat). Perubahan ini permintaan dari pelatih timnas mereka agar pemain lokal bisa tampil,” ujarnya melanjutkan.

Bila dibandingkan dengan Indonesia saat ini, tentu bertolak belakang, bukan?

[video]http://video.kompas.com/e/5116593851001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X