Chelsea sudah kembali. Keterpurukan musim lalu benar-benar telah terlupakan berkat kehadiran Antonio Conte sebagai juru taktik klub asal kawasan London Barat tersebut.
Penulis: Indra Citra Sena
Torehan kemenangan beruntun dalam tiga partai pembuka Premier League 2016-2017 menjadi bukti. Chelsea kini menempati posisi puncak klasemen bersama Manchester City dan Manchester United yang sama-sama mengoleksi sembilan poin.
Tingkat kemajuan yang begitu kontras dengan musim lalu lantas membuat segenap pendukung Chelsea jatuh cinta kepada Conte. Mereka bahkan selalu menantikan ekspresi serta selebrasi mantan pelatih Juventus dan tim nasional Italia itu di pinggir lapangan.
Baca Juga:
- Pelatih Baru Persija Lontarkan Pernyataan Penting di Padang
- Jadi Fans Berat Bepe, Eks Persib Ini Siap Cetak Gol Buat Persija
- Indonesia dan Malaysia Datang Langsung Latihan Malam di Solo
Sebuah jajak pendapat yang dilansir situs Metro pada pertengahan Agustus silam menyebutkan bahwa sebagian besar fan menyukai gaya Conte, terutama ketika ia melibatkan mereka dalam selebrasi gol maupun kemenangan tim.
Kecintaan suporter Si Biru barangkali juga berkaitan dengan faktor sejarah, di mana hampir seluruh pelatih asal Italia yang membesut Chelsea selalu mendatangkan titel bergengsi pada akhir musim.
Keyakinan fan bertambah besar mengingat start sempurna Conte di tiga laga perdana Premier League. Dia menyamai rekor Ancelotti yang juga memetik tiga kemenangan dalam periode serupa.
Masih berkaitan dengan sejarah, Conte terbilang memenuhi syarat untuk membawa Chelsea ke podium juara musim 2016-2017. Hal ini berdasarkan pada rekam jejak pelatih terdahulu yang menukangi tim sejak awal musim selama rezim Roman Abrahamovic (2003-sekarang).
Dalam kurun waktu itu, terdapat empat nama yang menduduki kursi kepelatihan sedari awal musim, yaitu Jose Mourinho (dua termin), Luiz Felipe Scolari, Carlo Ancelotti, dan Andre Villas-Boas.
Di antara keempatnya, pelatih yang sanggup mengantongi tripoin beruntun di tiga pertandingan pembuka liga selalu berujung titel juara pada pengujung musim. Mourinho dan Ancelotti mengalami situasi ini masing-masing pada edisi 2004-2005 dan 2009-2010.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar