Ligue 1 alias Liga Prancis berhasil memberikan kehidupan kedua bagi Hatem Ben Arfa dan Lassana Diarra. Bisakah hal serupa terjadi kepada sosok terbuang bernama Mario Balotelli?
Ben Arfa pernah dicap susah diatur dan kegemukan saat berkarier di Premier League bersama Newcastle serta Hull.
Kariernya kembali ke trek yang benar begitu berbaju Nice pada 2015-2016 di mana ia mengemas 17 gol plus 6 assist.
Berkat penampilan apiknya, Ben Arfa sekarang mendapatkan kontrak dari klub kaya raya Prancis, PSG. Hal mirip terjadi kepada Lassana Diarra.
Andai tak didera cedera, Diarra akan menjadi bagian skuat Prancis di Euro 2016 silam.
Pemanggilan ke timnas merupakan efek dari penampilan gemilang Diarra bareng Marseille pada 2015-2016.
Padahal karier Diarra sempat terancam pada 2014 ketika ia menerima suspensi larangan bermain selama 15 bulan lantaran kasus pelanggaran kontrak dengan klub Rusia, Lokomotiv Moskva.
Mengacu kepada kasus Ben Arfa dan Diarra, Ligue 1 terbukti mampu memberikan kehidupan kedua bagi pemain yang dianggap kariernya sudah habis.
Contoh terbaru adalah Jeremy Menez.
Musim lalu, ia banyak menghabiskan waktu di ruang terapi AC Milan ketimbang di atas lapangan. Sekarang, bersama Bordeaux, Menez mulai menunjukkan tajinya.
Pada pekan ketiga Ligue 1 2016/17, Menez menciptakan assist bagi Diego Rolan yang mencetak gol semata wayang kemenangan Bordeaux atas Nantes.
La une de Nice-Matin du mercredi 31 août 2016. pic.twitter.com/946LTBTvYp
— Nice-Matin (@Nice_Matin) 30 Agustus 2016
Fenomena tersebut barangkali adalah jurus andalan OGC Nice untuk meyakinkan Mario Balotelli bergabung.
Jika Nice terbukti bisa menjinakkan anak bengal seperti Ben Arfa, kenapa sekarang tidak dengan Balotelli.
"Saya heran kenapa Balotelli menyia-nyiakan talenta yang begitu besar. Saya menyarankan agar ia bertanya kepada diri sendiri soal bagaimana gaya hidup memengaruhi sepak bolanya," kata Ben Arfa mengomentari Balotelli pada Mei silam.
"Kebangkitan dimulai selangkah demi selangkah," lanjutnya.
Balotelli baru berusia 26 tahun. Ia masih memiliki banyak ruang untuk berkembang.
Ketimbang mempertimbangkan godaan gaji menggiurkan dari klub-klub China atau Timur Tengah, Ligue 1 sepertinya akan menjadi pilihan yang lebih bijaksana buat Sang Super Mario.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Komentar