Liverpool FC memulai Premier League musim 2016-2017 dengan hasil manis dan pahit dalam dua pertandingan. Setelah tampil ciamik mengalahkan Arsenal 4-3, The Reds malah secara mengejutkan kalah 0-2 dari Burnley.
Penulis: Dedi Rinaldi
Saat kalah dari Burnley, kapten Jordan Henderson melakoni peran sebagai gelandang bertahan. Namun, peran itu dianggap gagal dijalankan Henderson secara baik dan berujung banyaknya kritikan yang mengarah kepadanya.
Henderson mengaku kritikan tersebut malah membuatnya tertantang untuk bangkit, termasuk dalam menghadapi Tottenham pada pertandingan ketiga Liverpool di EPL musim ini.
Henderson menganggap setiap laga merupakan pengalaman baru untuk semakin berkembang. Sang pemain mengungkapkan hal itu di sesi wawancara yang dipetik dari beberapa sumber.
Benarkah Liverpool kehilangan elemen penting di lini tengah?
Saya mendengar mengenai kritikan bahwa kami tidak memiliki pemain defensif di lini tengah. Tanpa pemain yang melindungi pertahanan, maka hasilnya akan berakhir seperti saat melawan Burnley.
Saya menerima hal tersebut dan mengambil sisi positif dari kritikan. Bagi saya, setiap laga merupakan pengalaman baru untuk kemudian membuat tim menjadi lebih baik.
Kami juga telah mendiskusikan bersama rekan pemain bertahan untuk segera berbenah. Keroposnya lini pertahanan bisa menjadi penyebab kegagalan untuk melesat pada musim ini.
Bagaimana kondisi sesungguhnya lini pertahanan Liverpool?
Pertandingan perdana melawan Arsenal sebenarnya sudah memperlihatkan bahwa kami masih bermasalah. Meski kami menang, pertahanan nyaris tidak mampu mempertahankan keunggulan. Lawan bisa meraih momentum percaya diri untuk terus melakukan tekanan.
Begitu pula saat kalah dari Burnley. Saya bilang kepada diri sendiri untuk lebih disiplin dalam mengelola sektor tengah dan pertahanan. Melawan Tottenham yang memiliki materi bagus, saya akan lebih disiplin.
Melihat kondisi tersebut, bagaimana peluang Liverpool pada musim ini?
Kami harus memenangi trofi setiap tahun, apakah itu Premier League, Piala FA, atau Piala Liga.
Kami juga ingin mendapatkan kembali tiket Liga Champions. Namun, trofi Premier League merupakan tujuan terbesar. Saya pikir target tersebut realistis berdasarkan materi pemain dan pelatih yang kami miliki.
Meski begitu, penampilan pemain di atas lapangan merupakan hal penentu. Karena itu, saya mendorong diri dan rekan untuk fokus serta disiplin. Semuanya tergantung pada cara tim bermain, di posisi apa Anda bermain, serta kekuatan mental yang dimiliki.
Bagi saya, hal yang utama ialah memastikan memberikan kontribusi untuk tim ketika bermain. Entah itu gol, umpan, atau bertahan.
Semuanya untuk membantu tim menang Bagaimana Anda melihat kualitas para pemain baru?
Saya merasakan dan Anda bisa melihat sendiri pada laga melawan Arsenal serta Burton Albion. Sadio Mane tampil sangat luar biasa. Sayang, saat laga melawan Burnley, Mane tidak hadir dan kami kalah.
Satu hal yang bisa dipetik, kami tak boleh terlalu bergantung kepadanya. Kami punya skuat hebat dengan pemain bertalenta. Saya yakin tim tak bergantung pada satu pemain saja sehingga ketika dia absen, tim masih bisa yakin meraih kemenangan.
Apakah Liverpool klub yang cocok dengan ambisi Anda?
Saya sama saja dengan pemain lain. Saya ingin bermain di level tertinggi seperti Liga Champions, memenangi trofi, dan menjadi sangat sukses. Tak ada bedanya.
Apalagi, saya sempat mengalami masa-masa sulit begitu tiba di Anfield. Bahkan, nyaris akan didepak dari klub. Namun, berkat kerja keras, saya bisa mendapat kepercayaan menguasai lini tengah dan dipercaya menjadi kapten tim setelah Steven Gerrard pergi.
Bagaimana rasanya memimpin tim kebanggaan di Anfield?
Salah satu kehormatan besar bagi saya. Ketika Stevie tidak dapat bermain dan kemudian pergi, saya selalu memimpin rekan-rekan. Hal tersebut terasa luar biasa dan saya menikmatinya.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.693 |
Komentar