Indonesia menutup kiprah pada Olimpiade Rio 2016 dengan satu medali emas dan dua perak. Berbekal itu, Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 205 negara peserta.
Perjalanan di Rio kian manis karena sepasang pebulu tangkis ganda campuran, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, menyumbang emas tepat pada hari ulang tahun ke-71 Republik Indonesia, 17 Agustus 2016.
Akan tetapi, Indonesia dianggap belum boleh puas. Sebab, prestasi pada edisi kali ini belum sebagus era 1990-an.
"Kalau dilihat prestasi, atlet pada zaman orde baru lebih bagus, dari 1992 sampai 1994. Dan, kalau ukurannya emas, 1992 lebih baik karena kita berada di peringkat ke-24, bukan ke-46," tutur wartawan senior, Budiarto Shambazy, dalam diskusi di Smart FM, Sabtu (27/8/2016).
Pada edisi 1992 di Barcelona, Indonesia memang meraih dua keping emas berkat kesuksesan Alan Budikusuma di nomor tunggal putra dan Susi Susanti di tunggal putri.
Untuk meningkatkan prestasi pada Olimpiade Tokyo 2020, Budi pun meminta para pemangku kepentingan untuk memanfaatkan ajang seperti SEA Games untuk mengasah kemampuan atlet. Pemerintah juga disarakan agar lebih berperan aktif dalam dunia olahraga.
"Keterlibatan pemerintah semakin kecil dalam dunia olahraga," kata Budi.
Pada kesempatan yang sama Komandan Satgas Program Indonesia Emas, Laksamana TNI (purn) Ahmad Sucipto, mengaku bakal memprioritaskan cabang-cabang yang selama ini menjadi sumber medali.
Nantinya, atlet-atlet dari cabang yang dimaksud bakal diasah di Olympic Centre, yang digagas Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Kemenpora akan membangun kawasan Olympic Centre di Cibubur. Olahraga seperti panahan, angkat besi, dan bulu tangkis akan dikonsentrasikan di sana," ucap Ahmad.
Menurut Ahmad, Cibubur dipilih karena lingkungannya tergolong elok, luas, dan strategis. Dengan begitu, para atlet bisa berkonsentrasi.
[video]http://video.kompas.com/e/5098788470001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | |
Sumber | : | Smart FM |
Komentar