Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Alfred Riedl: Antara Timnas, Komunikasi, dan Keluarga

By Jumat, 26 Agustus 2016 | 01:07 WIB
Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, dan asisten pelatih Hans-Peter Schaller dalam acara bertajuk Forum Diskusi BOLA dengan tema Timnas Menuju Piala AFF: ”Saatnya Garuda Bangkit,” di Kantor Redaksi BOLA, Palmerah, Jakarta, Selasa (23/8/2016) sore.
ANDRES JOEVI/JUARA.NET
Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, dan asisten pelatih Hans-Peter Schaller dalam acara bertajuk Forum Diskusi BOLA dengan tema Timnas Menuju Piala AFF: ”Saatnya Garuda Bangkit,” di Kantor Redaksi BOLA, Palmerah, Jakarta, Selasa (23/8/2016) sore.

Saat pertama kali melatih tim nasional untuk menghadapi Piala AFF 2010, Alfred Rield menuturkan ada belasan wajah baru yang kala itu mengecap pengalaman debut berseragam Merah-Putih. Kondisi serupa berulang menjelang Piala AFF 2016.

Penulis: Martinus Bangun

"Situasinya mirip ketika saya menangani timnas di Piala AFF 2010. Kala itu, ada banyak muka baru di timnas,” ujar Riedl di Forum Diskusi BOLA, Selasa (23/8).

"Sekarang pun demikian. Mungkin saja pemain-pemain baru itu sudah pernah masuk timnas sebelum era saya menjadi pelatih timnas, tetapi mungkin juga mereka benar-benar baru di timnas," tuturnya.

Para wajah baru diharapkan dapat cepat menyatu dalam tim untuk Piala AFF 2016, termasuk pula memahami keinginan pelatih.

Agar hal itu tercapai, trio pelatih Alfred Riedl, Wolfgang Pikal, dan Hans Peter Schaller sampai menyentuh beberapa hal nonteknis.

Salah satunya masalah bahasa demi pola komunikasi yang ideal. Pasalnya, ketiga pelatih tersebut sama-sama berasal dari Austria dan hanya Pikal yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Baca Juga:

Selama ini, Riedl menggunakan bahasa Inggris saat memberi instruksi ke pemain.

"Bagaimana saya tahu kemauan atau keluhan pemain jika komunikasi yang terjalin di antara kami (pemain dan pelatih) kurang bagus. Jadi, pemain harus berani bersuara ke tim pelatih," ujar Riedl.

Hanya, fakta yang dihadapi kadang tak sesuai dengan angan-angan. Riedl pun tak menyangkal bahwa terbatasnya kemampuan beberapa pemain dalam berbahasa Inggris berpotensi menimbulkan ganjalan dalam internal tim.

"Saya bisa paham jika ada pemain baru yang masih canggung untuk berdiskusi dengan tim pelatih, khususnya jika berbahasa Inggris. Untuk ke depannya, kami (tim pelatih), akan menunjuk dua-tiga pemain untuk mewakili suara rekan-rekannya," ujar Hans menimpali.

Pola serupa sudah pernah dicoba Riedl di Piala AFF 2010. Kala itu, ia menunjuk Bambang Pamungkas, Firman Utina, dan Markus Horison sebagai perwakilan pemain.

"Jadi, pemain yang masih merasa canggung bisa menyampaikan ke perwakilan pemain yang sudah kami tunjuk," ujar Riedl.

"Para pemain juga sebenarnya bisa curhat ke Dokter Syarif Alwi (dokter tim), lalu biar Dokter Alwi yang meneruskan pesan itu ke saya. Apalagi, usia saya dan Dokter Alwi tak jauh berbeda dan kami sering nyambung," ucapnya.

Bukan tanpa alasan jika Riedl dan para asistennya cukup detail soal pola komunikasi yang ingin dibangun bersama pemain.

"Bagi saya, membangun tim itu ibarat membangun sebuah keluarga yang harmonis. Semuanya harus jelas," ujar pelatih berusia 66 tahun tersebut.

[video]http://video.kompas.com/e/5097787933001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X