Gairah seolah kembali menggelora seiring kembalinya Luciano Spalletti ke Ibu Kota Italia di awal tahun ini.
Penulis : Rizki Indra Sofa
Spalletti, pemberi dua titel Coppa Italia (2007, 2008) dan satu Piala Super Italia (2007) buat AS Roma, balik lagi pada Januari. Ia menggantikan Rudi Garcia, yang dipecat.
Masuknya Spalletti benar-benar berdampak baik. Memang mereka sempat kalah dari Juventus pada akhir Januari, tapi setelahnya I Lupi tak terkalahkan dalam 17 laga sisa musim 2015/16 dengan raihan 14 kemenangan dan tiga hasil seri!
Meski hasil bagus itu tak bisa membawa Roma ke posisi kedua klasemen akhir, optimisme fan Sang Serigala menyeruak lagi saat menyambut musim baru.
Harapannya, Spalletti kini punya waktu buat membangun tim dari awal musim. Tim yang cukup kuat buat menyaingi Juventus di musim 2016/17.
Langkah mewujudkan ambisi itu mengalami goncangan. Salah satu pemain terbaik mereka, Miralem Pjanic, malah diambil Juventus. Lucas Digne juga pulang ke Paris Saint-Germain dan pindah ke Barcelona.
Roma ditinggal pilar, tapi Spalletti sudah melakukan langkah antisipasi yang baik. Perekrutan Roma bagus. Mereka yang musim lalu masih berstatus pinjaman, resmi dijadikan pemain permanen, mulai dari Mohamed Salah, Antonio Ruediger, Stephan El Shaarawy, hingga Edin Dzeko.
Tapi, ketidakberuntungan seperti terus menghantui. Ruediger cedera panjang menjelang Euro Prancis 2016 silam. Mario Rui, rekrutan anyar berkualitas dari Empoli yang diplot sebagai pengganti Digne, juga ikut cedera. Rui terancam absen sampai empat bulan.
Sisi positifnya, Giallorossi dan Spalletti juga mengantisipasi krisis pemain di barisan belakang dengan mendatangkan Juan Jesus (Inter Milan), Thomas Vermaelen (Barcelona), dan Federico Fazio (Tottenham Hotspur).
Musim lalu, Roma tak menemui kesulitan membobol gawang lawan. Mereka tim paling tajam dengan torehan 83 gol, tapi kebobolan 41 kali. Roma kebobolan sembilan gol lebih banyak dari Napoli dan 21 gol dari Juventus!
Kehadiran mereka adalah salah satu cara Spalletti merevitaslisasi skuat supaya siap bersaing dengan Juventus. Kendati begitu, gelaran Coppa Italia, bukan Serie A, sepertinya tetap menjadi target realistis raihan trofi.
"Jesus, Vermaelen, dan Fazio adalah rekrutan berkualitas. Kami butuh pemain seperti itu. Mereka sudah paham apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana cara menjawab ekspektasi itu," ungkap Spalletti.
Formasi
Pemain Kunci: Stephan El-Shaarawy, Sayap Berbahaya
Sejak digandeng Roma per Januari silam, El Sha bisa menjadi figur kunci Roma. Ia menjadi perekrutan berharga berkat sumbangsih delapan gol dan dua assist selama separuh musim saja.
Kini, El Sha bisa berharap kerja samanya dengan Mohamed Salah sudah semakin baik dari awal musim. Kalau dia dan Salah bisa menjaga performa, Roma punya sayap-sayap paling berbahaya di liga.
Pelatih: Luciano Spalletti Mencoba Fleksibel
Luciano Spalletti lebih banyak menghabiskan musim lalu dengan pola 4-3-3. Di pertandingan uji coba selama pramusim, ia tampaknya mencoba fleksibel.
Salah satunya mencari skema lain, yang berpotensi membantu di situasi tertentu. Spalletti sempat memasang tiga pemain anyar sekaligus, Vermaelen, Fazio, dan Jesus, sebagai tiga bek dalam pola 3-5-2.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.690 |
Komentar