Ketika masih berusia belasan tahun, Mikaela Mayer (26) ingin menjadi model. Perempuan berparas menarik ini bahkan tak pernah sekali pun berpikir menjadi petinju. Apalagi, bermimpi mewakili negaranya di Olimpiade.
Penulis: Aprelia Wulansari
Akan tetapi, semua hal yang tak pernah dia pikirkan itu malah terwujud dan keinginannya menjadi model seakan-akan terlupakan ketika dia mulai mengenal tinju sekitar satu dekade lalu.
“Saya dulu sangat kurus ketika masih berusia belasan tahun. Setelah masuk sasana dan mengenal tinju, pelatih membuat saya mengenal dan akhirnya menyatu dengan olahraga ini. Kini, fisik saya menggambarkan petinju,” ucap perempuan yang mewakili AS di Olimpiade Rio 2016 pada kelas 60 kg putri ini.
Prestasi perempuan dengan tinggi 175 cm ini menanjak. Dia meraih gelar bergengsi, antara lain menjadi juara nasional AS pada 2012, 2014, dan 2015, juara AMBC 2012, dan juara AIBA zona Amerika 2016.
Dengan prestasi oke dan memiliki tampang kece, Mayer pun ditawari untuk beralih ke pertarungan MMA alias seni tarung bebas. Bahkan, dia diiming-imingi bayaran yang lebih besar dibanding menjadi petinju amatir.
“Ini bukan soal bayaran. Saya merasa bertanggung jawab kepada tinju putri di AS. Jadi, saya akan terus mewakili tinju dan mengejar podium. Tinju putri semakin berkembang dan yang perlu saya lakukan adalah membawa pulang medali,” tutur Mayer kepada Yahoo Sports.
Impian Mayer merebut medali di Rio 2016 telah terkubur. Dia mentok di perempat final setelah dikalahkan petinju Rusia, Anastasiia Beliakova, 2-0, Selasa (16/8/2016).
“Saya akan tetap menjadi petinju. Saya ingin kembali di Olimpiade 2020 dan saya tak mau ke MMA. Saya tak mau mengabaikan tinju,” ucap Mayer.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.690 |
Komentar