Tanpa mengesampingkan Napoli dan AS Roma sebagai rekan Juventus di ajang Liga Champions musim 2016-2017, harapan terbesar publik sepak bola Italia lebih menyasar kepada Juventus.
Penulis: Dedi Rinaldi
Pada musim ini, boleh dibilang Si Nyonya Tua tidak hanya didukung oleh tradisi, melainkan pula materi yang mumpuni.
Kehilangan Paul Pogba sama sekali tak perlu ditangisi karena terganti dengan kehadiran pemain sekelas Dani Alvez, Gonzalo Higuain, Marko Pjaca, hingga Miralem Pjanic.
Para pemain baru tersebut bukan datang sebagai pelipur lara. Mereka tidak hanya memiliki skill, juga pengalaman dalam mengarungi drama ala Liga Champions.
“Alvez dan Higuain, misalnya. Keduanya merupakan pemain yang pernah merasakan menjadi juara Liga Champions. Hal ini modal bagus bagi kami, karena Liga Champions pada dasarnya menyukai tradisi dan tim bermental kuat,” kata pelatih Juventus, Massimiliano Allegri.
Pada musim 2014-2015, Juventus sebenarnya tinggal selangkah lagi meraih gelar juara setelah secara mengejutkan melaju ke partai final Liga Champions.
Namun, FC Barcelona menggagalkan mimpi I Bianconeri dengan skor 3-1. Alves kala itu menjadi salah satu sosok yang ikut merusak mimpi Juventus maupun sepak bola Italia.
Pada musim ini, Allegri juga menyatakan telah mempersiapkan diri belajar dari pengalaman musim lalu, di mana kegagalan Juventus disebut-sebut karena perubahan strategi. Pada musim lalu, perjalanan Juventus hanya sampai babak 16 besar.
Kelengahan pada menit akhir membuat mereka terlempar dari Liga Champions karena kalah agregat 4-6 dari jagoan Jerman Bayern Muenchen.
Kesalahan perubahan strategi dari pelatih Allegri benar-benar menghancurkan mimpi karena lawan bisa menciptakan gol ke gawang tuan rumah.
“Kekalahan yang menyakitkan. Saya belajar kegagalan strategi pada pertandingan tersebut. Kami akan berubah dan akan menempatkan wajah sepak bola Italia pada tempat yang sangat layak,” begitu janji Allegri.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar