Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Frank de Boer Jadi Pelatih karena Benci dengan Sosok Satu Ini

By Firzie A. Idris - Rabu, 17 Agustus 2016 | 21:23 WIB
Pelatih Ajax Amsterdam, Frank de Boer, saat memimpin timnya dalam pertandingan Eredivisie 2015-2016 menghadapi PSV Eindhoven di Stadion PhilipsEindhoven, Belanda, pada 20 Maret 2016.
DEAN MOUHTAROPOULOS/GETTY IMAGES
Pelatih Ajax Amsterdam, Frank de Boer, saat memimpin timnya dalam pertandingan Eredivisie 2015-2016 menghadapi PSV Eindhoven di Stadion PhilipsEindhoven, Belanda, pada 20 Maret 2016.

Pelatih baru Inter Milan, Frank de Boer (46), mengaku punya tekad bulat menjadi pelatih setelah pengalaman tak menyenangkan di bawah Fatih Terim di Galatasaray pada awal 2000-an.

Ketika itu merupakan senja karier De Boer. Ia telah melewati usia 32 tahun saat menapak di tanah Turki.

Terim sebenarnya ngotot untuk mendapatkan De Boer dari FC Barcelona pada musim panas 2003.

Namun, serangkaian penampilan buruk pada paruh pertama musim membuat hubungannya dengan sang pelatih memburuk.

Keadaan mulai memanas setelah De Boer tak dibawa Terim ke sebuah kamp latihan tim pada Januari 2004.

"Fatih Terim tidak membawa saya karena dokter tim berkata saya cedera," ujarnya seperti dikutip Hurriyet Daily News pada awal 2004. "Namun, saya tak cedera. Pada titik itu saya sadar Terim tidak menginginkan saya."

Di balik hubungan buruk itu, De Boer ternyata sudah terlebih dulu melihat bagaimana pemikirannya tak sejalan dengan sang pelatih.

"Di Turki saya mulai mempelajari sepak bola sebagai pelatih. Ketika itu saya berpikir, 'saya tak akan melatih Galatasaray seperti ini.' Saya tak suka cara Terim melatih dan mungkin saya berbicara terlalu banyak di lapangan. Saya lebih senang mengatur tim secara taktis," tuturnya kepada Gazzetta World.

Tak hanya berbeda, De Boer mengutarakan bahwa ia berbeda pandangan 180 derajat dengan sang pelatih. Rasa frustrasi ini yang membuat De Boer kemudian berambisi jadi pelatih.


Pelatih tim nasional Turki, Fatih Terim, dalam pertandingan Grup D Piala Eropa 2016 menghadapi Spanyol di Stade de Nice, Nice, Prancis, pada Jumat (17/6/2016).(DAVID RAMOS/GETTY IMAGES)

"Misalnya, di lapangan latihan ia meminta kami bermain 11vs11 di lapangan sebesar 50 meter. Saya tak mengerti kenapa," ujar pemilik kaki kiri brilian selama bermain itu.

"Metodanya tak masuk akal, tak berguna, dan sejak itu saya bertekad akan melakukan kebalikannya jika menjadi pelatih," tutur De Boer lagi.

Beberapa pengamat Liga Belanda mengatakan bahwa De Boer adalah penganut sejati taktik ideal sepak bola Ajax ala Johan Cruyff.

Ia menekankan organisasi pertahanan serupa pelatihnya terdahulu, Louis van Gaal, serta sirkulasi bola dan transisi serangan cepat ala Cruyff.

Sebagai pelatih, De Boer memenangi empat titel Liga Belanda secara beruntun sejak 2011.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Gazzetta World, Hurriyet Daily News


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X