Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Evan Dimas: Jangan Malah Melempem

By Sabtu, 6 Agustus 2016 | 15:00 WIB
Gelandang Bhayangkara Surabaya United, Evan Dimas, saat diwawancara di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa, 2 Februari 2016.
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET
Gelandang Bhayangkara Surabaya United, Evan Dimas, saat diwawancara di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa, 2 Februari 2016.

Sebagian orang akan langsung mengarahkan telunjuk pada Evan Dimas saat ditanya soal aktor terpenting di balik mengilapnya performa Bhayangkara Surabaya United di TSC.

Penulis: Andrew Sihombing

Namun, Evan sendiri rupanya melihat ada hal lain yang lebih berperan. Faktor apa yang dimaksud sang pemain? Bagaimana pula ia menatap masa depannya di timnas Indonesia? Berikut wawancaranya:

Bhayangkara SU merangsek ke papan atas. Apa rahasianya?

Kunci Bhayangkara ada di kekompakan tim. Saat saya baru datang dulu, hal itu memang belum terlihat. Tapi, semakin lama kami semua kian kompak, saling membantu, dan bisa saling mengingatkan satu sama lain.

Selain itu, tidak ada istilah senior atau junior di tim. Semua pemain sama saja, dinilai berdasarkan kontribusi masing-masing. Tidak ada bintang atau pemain rendahan.

Hal itu juga berlaku buat pemain asing?

Alhamdulillah pemain asing dan lokal bisa menyatu. Kami sudah seperti keluarga sendiri, tidak terasa seperti pemain yang berbeda kebangsaan.

Apa contoh kekompakan itu?

Misalnya saja selepas pertandingan melawan Persija, beberapa pemain berlibur ke Bromo. Pemain asing asal Maroko, (Khairallah, red.) Abdelkbir juga ikut. Tidak ada istilah jaga jarak.

Tentang performa pribadi. Bagaimana menilai permainan Anda selepas dari Spanyol?

Saya tentu saja tak bisa memberi penilaian terhadap diri sendiri. Biarkan saja orang lain dan pelatih yang melakukan itu. Yang terpenting bagi saya adalah selalu memberikan yang terbaik.

Bhayangkara SU diperkuat sejumlah eks Indonesia U-19. Apakah itu yang membuat tim ini bisa berkilau?

Kembali ke yang saya katakan tadi soal kekompakan, kuncinya lebih ada di situ. Meskipun tim ini bermaterikan semua eks U-19, tidak akan ada hasilnya bila tanpa kekompakan.

Bagaimana peluang Anda di seleksi timnas senior?

Saya melihat ada banyak pemain bagus di posisi saya yang juga dipanggil untuk seleksi. Target saya nanti hanyalah memberi yang terbaik. Walau begitu, optimisme untuk betul-betul terpilih ke timnas tentunya ada.

Optimistis karena Anda pernah bermain buat Alfred Riedl di Piala AFF 2014?

Saya rasa hal itu belum tentu menjadi keuntungan juga. Kalau saya amati, Riedl hanya memilih pemain yang benar-benar bagus. Contohnya Ahmad Bustomi. Ia tidak dipanggil buat Piala AFF kendati masuk tim di bawah Riedl empat tahun sebelumnya.

Apa harapan di timnas?

Tentu saja membawa timnas juara. Sudah lama sepak bola kita vakum dan telah lama juga kita tidak berprestasi. Semoga pencabutan sanksi FIFA bisa menjadi awal yang bagus buat negeri ini.

Apakah Anda setuju bila disebut sebagai simbol timnas saat ini?

Saya bersyukur bila disebut seperti itu. Cuma, semuanya tentu kembali ke diri sendiri untuk menjaga performa. Jangan sampai saya malah melempem saat banyak yang menggantungkan harapan.

Saya juga lebih menganggapnya sebagai motivasi. Jangan sampai saya menjadi orang yang cuma terkenal di media sosial, tapi permainan tidak bagus. Kualitas pemain dilihat dari apa yang diperlihatkan di lapangan, bukan faktor terkenal atau tidaknya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.686


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X