Empat laga pertama di masa pramusim berlalu nyaris tanpa cacat. Maklum, Liverpool tak hanya sukses memenangi seluruh partai yang berlangsung di dataran Inggris tersebut, tapi juga mencatat empat clean sheet.
Setelah membuka kemenangan 1-0 atas Tranmere Rovers, anak-anak asuh Juergen Klopp ini secara beruntun membekap Fleetwood Town (5-0), Wigan Athletic (2-0), dan Huddersfi eld Town (2-0).
Pada 27 Juli, Liverpool kemudian terbang ke Amerika Serikat guna melanjutkan tur pramusim sambil mengikuti International Champions Cup.
Sesuai titelnya, lawan yang dihadapi di ICC jauh lebih kuat ketimbang kuartet sebelumnya.
Well, di sinilah kekuatan asli Reds mulai terlihat. Ketika bertemu lawan dengan level lebih tinggi, atau setidaknya seimbang, lubang-lubang di berbagai sektor mulai tampak jelas.
Terutama dalam hal transisi dari menyerang ke bertahan, dan antisipasi bola mati.
Karena itu, tak mengherankan apabila tiga partai di Negeri Paman Sam, berlalu dengan raihan satu kemenangan saja, dan sepasang kekalahan.
Kemenangan 2-0 diraih atas AC Milan, sedangkan dua hasil negatif, diderita saat takluk dari Chelsea (0-1), dan AS Roma (1-2).
500 Tahun
“Jarak antarpemain begitu lebar. Bahkan saya bisa bermain di situ. Saya sangat membenci tipe permainan seperti ini. Setiap serangan Roma menjadi peluang gol. Ini tak masuk akal, dan sama sekali tak bisa diterima,” kata Klopp di Liverpool Echo, seusai kekalahan dari Il Lupi, Senin (1/8/2016) di St Louis.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | juara |
Komentar