Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Identitas Santri Melekat Pada Madura United

By Suci Rahayu - Kamis, 4 Agustus 2016 | 11:15 WIB
Pemain Madura United Bayu Gatra sedang memberikan coaching clinic di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan, Jawa Timur (02/08/2016).
SUCI RAHAYU/JUARA.net
Pemain Madura United Bayu Gatra sedang memberikan coaching clinic di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan, Jawa Timur (02/08/2016).

Madura United sedang membangun identitas dengan menggali sisi unik dari nilai-nilai budaya lokal untuk mereka angkat. Salah satu identitas yang coba mereka adopsi adalah budaya santri.

Santri merupakan kelompok sosial masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar pondok pesantren.

Guna mendekatkan diri dengan komunitas santri, manajemen Madura United telah mengirim tiga pemain untuk hidup dan membaur dengan warga pesantren. Tiga pemain tersebut adalah Ahmad Maulana, Gilang Ginarsa, dan Bayu Gatra.

"Program nyantri ini adalah bagian dari penghargaan kami kepada komunitas santri," ujar Presiden Madura United, Achsanul Qosasih.

"Selain itu kami ingin buktikan bahwa Madura United tetap memegang teguh nilai-nilai agama dalam sepak bola dengan mengedepankan persaudaraan, kebersamaan, dan keperdulian dalam menjalankan peran sebagai klub, manajemen dan pemain sepak bola," tutur dia.

Baca Juga:

AQ, sapaan Achsanul, sebagai putra asli Madura sadar betul bahwa identitas utama daerah asalnya adalah santri. Untuk itu, ia berkeinginan agar klub sepakbola Madura United juga menjadi bagian dari santri.

"Madura adalah santri, dan kami adalah bagian dari mereka," tegasnya.

Nilai-nilai santri tak hanya diadopsi oleh manajemen klub dan pemain saja, pun para suporter di Madura.

Jika dicermati lebih dekat, adalah hal jamak bagi para suporter Madura United datang ke stadion dengan menggunakan sarung dan peci. Bahkan, para supporter ini terkadang juga mengumandangkan shalawat saat pertandingan sedang berjalan.

"Suporter Madura adalah suporter sarungan yang berbasis dari pondok pesantren. Hanya di Madura ada penonton yg memakai sarung dan peci," ujar AQ.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : juara


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X