Pada awal abad ini, Real Madrid populer dengan idiom yang ditelurkan media Spanyol: Zidanes y Pavones (Zidane-Zidane dan Pavon-Pavon).
Penulis: Rizki Indra Sofa
Secara makna, ungkapan itu menjadi sebuah kebijakan yang diusung Florentino Perez di era pertama kepemimpinannya sebagai Presiden Madrid.
Perez mengumpulkan para galactico, pemain bintang berharga mahal seperti Zidane dan mengombinasikan dengan para pemain lulusan akademi seperti Francisco Pavon.
Konsepnya terdengar bagus, tetapi praktiknya tidak. Muncul kecenderungan ketimpangan di berbagai faktor mulai dari pendapatan, skill individual, hingga kekompakan pemain bintang dan nonbintang.
Baca Juga:
- 5 Pemain Paling Kreatif di Fantasy Premier League 2016-2017
- Pep Guardiola: Saya Sangat Mencintai Ribery
- Si Kidal Tajam Italia Siap ke Liga China pada Usia 43 Tahun
Sebagai sosok yang terlibat langsung di era tersebut, pria yang kini menjadi bos Madrid tersebut barangkali merasa teori Zidanes y Pavones baik buat diaplikasikan.
Karena itu, ketika musim ini Madrid tidak melakukan gerakan masif di lantai bursa, indikasinya menunjuk ke arah sana. Zidane dan Perez sepertinya menginginkan ada era baru Bales y Carvajales.
Gareth Bale merepresentasikan era galactico baru, sedangkan Dani Carvajal adalah pilar akademi yang sukses menjadi pilihan utama di skuat. Keputusan Madrid memulangkan bocah akademi lain, Alvaro Morata, semakin memperkuat asumsi tersebut.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar