Tisha mengatakan, hal itu merupakan skema baru yang dirintis guna mendukung tumbuh kembang klub Indonesia.
"Penghasilan tambahan artinya kami memiliki sejumlah ekstra uang, misalnya sisa uang Rp 50 miliar, nanti akan kami bagi sesuai variabel dari peringkat nomor satu sampai 18. Hal itu ditentukan oleh gabungan antara variabel rating dan prestasi," tutur Tisha.
Hingga kini, kata Tisha, dua variabel itu memiliki bobot yang sama alias fifty-fifty. Namun, lanjutnya, tak menutup kemungkinan ada variabel tambahan yang turut berdampak pada benefit yang didapat klub.
"Jadi 50 persen dari rating, 50 persen dari prestasi, komposisinya akan kami susun. Teman media bisa melihat dan memonitor juga, harapannya tidak sekedar berita, tetapi operator ini eksis mengembangkan klubnya yang harus naik," ucap dia.
Tisha menuturkan, pada rapat para pemilik klub awal tahun lalu, PT GTS telah menyodorkan dua skema pendapatan tambahan klub TSC.
Klasemen Torabika Soccer Championship, presented by @IM3Ooredoo s/d hari ini. https://t.co/bjt0Wrt1ef #TSC2016ID pic.twitter.com/12TUbaoj6L
— Torabika SC 2016 (@TorabikaSC2016) July 17, 2016
Dalam skema 1, PT GTS memberi skema lebih kompetitif, yang mana setiap peringkat memiliki nominal berbeda dari mulai 16 persen untuk klub teratas, hingga 1,7 persen untuk klub paling buncit.
Adapun skema 2, setiap klub cenderung mendapat presentase keuntungan relatif lebih aman. Klub teratas mendapat 15,6 persen, sedangkan peringkat 18 hanya mendapat 1,8 persen.
Dalam skema 2, beberapa klub mendapat keuntungan yang sama meski peringkat berbeda. "Sebetulnya lebih kompetitif skema 1, tetapi sayangnya para pemilik klub lebih memilih skema 2," ujar Tisha.
"Saya tidak tahu alasannya. Jelas itu jadi tantangan yang sampai saat ini di sepak bola Eropa pun masih terus digodok. Kami memasuki era baru dengan adanya additional revenue," tuturnya.
[video]http://video.kompas.com/e/5038692106001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar