Sepak bola Cile beruntung punya Alexis Sanchez. Bukan hanya karena sang penyerang tajam. Pemain berjulukan Si Bocah Ajaib itu memiliki sikap kritis.
Penulis: Riemantono Harsojo
Alexis Sanchez tidak hanya memikirkan kesenangan pribadi. Di tengah perayaan Cile menjadi juara Copa America Centenario di Stadion MetLife, East Rutherford, New Jersey, Amerika Serikat pada Minggu (26/6) dan dirinya terpilih sebagai pemain terbaik turnamen, Sanchez masih sempat memikirkan masa depan sepak bola Cile.
Sanchez memang hebat. Selain sedang gembira karena juara, penyerang Arsenal ini tetap dapat bersikap kritis di tengah derita engkelnya yang bengkak berat.
Cedera itu membuat penyerang berusia 28 tahun ini ditarik keluar pada babak perpanjangan waktu.
"Kami telah mengubah sejarah sepak bola Cile dan tim nasional. Saya berharap ada pengerjaan untuk generasi-generasi setelah kami. Perlu kerja lebih keras dan berinvestasi uang lebih banyak," kata Sanchez seperti dikutip dari Prensa Futbol Cile.
Generasi Sanchez memang telah mengubah sejarah sepak bola Cile. Setelah 99 tahun tanpa mahkota juara, pada Juli 2015 Sanchez cs membawa Cile untuk kali pertama menjadi kampiun Copa America yang diadakan di negeri sendiri.
Satu tahun kemudian, Cile kembali juara Copa America yang diadakan untuk perayaan 100 tahun turnamen.
Seperti tahun lalu, tim nasional berjulukan La Roja atau Si Merah itu kembali mengalahkan Argentina melalui adu penalti.
Jika tahun lalu skornya 4-1, sekarang 4-2 setelah sama-sama bermain imbang 0-0 di waktu normal dan perpanjangan waktu.
Sebagai salah satu motor kesuksesan La Roja di dua turnamen terakhir, Sanchez tak mau kesuksesan Cile tidak terulang di masa depan.
Karena itu, penyerang yang mencetak tiga gol dan satu assist di Copa America Centenario ini memaknai keberhasilan meraih trofi yang dilapisi emas 24 karat pada pekan lalu sebagai trofi pengingat untuk bekerja lebih keras.
Cile perlu bekerja keras untuk dapat memiliki pemain-pemain andal di masa datang.
Minim Pemain Muda
Copa America berikut akan diadakan pada tahun 2019 di Brasil. Saat itu, Sanchez sudah hampir berusia 31 tahun. Kemampuannya mungkin sudah tidak sebaik sekarang.
Begitu juga dengan gelandang yang menjadi motor serangan La Roja, Arturo Vidal, yang tiga tahun mendatang sudah berusia 32 tahun, serta gelandang Charles Aranguiz (30 tahun pada 2019) dan bek Gary Medel (31).
Sementara itu, kiper andalan sekaligus kapten, Claudio Bravo, akan berusia 36 tahun saat Brasil 2019.
Cile membutuhkan pemain-pemain kunci berusia muda. Di sinilah masalah yang menjadi kekhawatiran Sanchez. Saat ini, La Roja minim pemain penting berusia muda.
Tiga pemain termuda di skuat Si Merah jarang mendapat kesempatan tampil dari pelatih Juan Antonio Pizzi di Copa America Centenario.
Bek Enzo Rocco (23) hanya tampil 30 menit di dua pertandingan. Gelandang Erick Pulgar (22) cuma sekali main dengan waktu tampil 60 menit. Penyerang Nicolas Castillo bermain 11 menit di final sebagai pengganti Eduardo Vargas.
Selain Sanchez (Arsenal), Vidal (Bayern Muenchen), Bravo (Barcelona), dan Medel (Inter), Cile tidak memiliki pemain-pemain muda yang saat ini sedang menjadi bagian penting dari klub-klub besar di Eropa.
Kepayahan generasi muda sepak bola Cile terlihat jelas di edisi terakhir kejuaraan sepak bola Amerika Selatan U-20 pada Februari 2015 di Uruguay.
Cile berada di dasar klasemen fase grup setelah hanya sekali menang dalam empat pertandingan.
Di kejuaraan Amerika Selatan kategori U-17 dan U-15 yang diadakan pada 2015, anak-anak Cile juga finis di dasar klasemen fase grup setelah sama-sama tidak meraih kemenangan dalam empat pertandingan.
Dengan pencapaian seperti itu, wajar kalau Alexis Sanchez mendesak sepak bola Cile agar bekerja lebih keras.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.677 |
Komentar