Sepak bola Indonesia kembali ternoda pada Jumat, 24 Juni 2016. Kericuhan antara suporter Persija, Jakmania, dengan aparat kepolisian pecah di tengah berlangsungnya pertandingan pekan ke-8 Torabika Soccer Championship (TSC) antara Persija vs Sriwijaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Penulis: Kukuh Wahyudi
Akibat kejadian itu banyak korban berjatuhan. Tercatat enam polisi dan 22 orang dari kalangan suporter terluka, satu korban jiwa dari pedagang, dan kerusakan sekitar 17 kendaraan serta infrastruktur stadion.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memutuskan agar pihak Persija, yang memayungi Jakmania, dan PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator TSC harus bertanggung jawab.
Segala bentuk ganti rugi akibat dampak kericuhan itu dibebankan kepada manajemen Persija dan GTS.
“Kerusuhan itu sangat berlebihan dan tidak lazim di sepak bola. Kami menerima hukuman ini. Kami akan melangkah strategis untuk pembinaan suporter sesuai kaidah sepak bola,” kata Ferry Paulus, Presiden Persija.
Baca Juga:
- Mourinho: Zlatan Tidak Perlu Diperkenalkan!
- Bukan Gareth Bale, Ini Pemimpin Wales Sesungguhnya
- Dari 23 Pemain Spanyol, Del Bosque Hanya Tak Pamit dengan Iker Casillas
Tak berhenti sampai di situ hukuman itu, Macan Kemayoran juga mendapatkan sanksi dari Komisi Disiplin (Komdis) GTS berupa kalah 0-3, enam laga usiran, dan denda 100 juta rupiah.
Deretan sanksi untuk Persija tersebut menambah derita klub peraih sembilan kali juara perserikatan itu. Jika tak ada sanksi sekalipun, Persija sebenarnya sudah menderita lantaran terusir dari markas mereka.
Pasalnya, SUGBK sebagai markas mereka akan memasuki masa renovasi untuk kepentingan Asian Games 2018. Tak bermain di kandang plus dibayangi laga tanpa kehadiran Jakmania membuat mental dan keuangan Persija terganggu.
[video]http://video.kompas.com/e/5014433119001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar