Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Achmad Sutjipto mengatakan bahwa atlet harus bisa memahami monitor kelelahan dan manajemen pemulihan. Jika tidak, atlet bisa cepat mengalami cedera.
Hal tersebut disampaikan Sutjipto dalam forum diskusi tabloid BOLA "Potensi Emas Bulu Tangkis di Olimpiade Rio 2016" di kantor redaksi BOLA, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (23/6/2016).
"Aset terbesar seorang atlet itu tubuhnya dan kita tahu bahwa tidak ada atlet yang bebas cedera," kata Sutjipto. "Kalau atlet tidak mengerti tentang ini, dia akan latihan secara berlebihan (overtraining). Akibatnya, dia akan cedera."
Selain membantu menghindari cedera, pemahaman tentang dua aspek tersebut akan menolong atlet untuk mencapai penampilan terbaiknya saat bertanding.
"Ketika atlet sedang berada dalam kondisi terbaiknya, dia akan tampil maksimal saat bertanding," ujarnya. Penerapan sport science pun dinilai Sutjipto menjadi krusial.
Baca Juga:
- Gagal Eksekusi Penalti, Sergio Ramos Diberi Libur
- Cristiano Ronaldo Jadi Pesepak Bola 'Tergalak' Sepanjang Masa Piala Eropa
- Ini 4 Eksekutor Tendangan Bebas Terbaik di Dunia
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Rexy Mainaky mengatakan bahwa dalam program pelatihan di pelatnas bulu tangkis sudah diterapkan sport science.
"Untuk persiapan Olimpiade 2016 Rio, misalnya, kami pakai analisis penampilan untuk dipantau para atlet. Satu orang staf pelatih juga dibatasi untuk maksimal empat atlet agar lebih efektif. Kalau dulu, satu pelatih bisa dipakai untuk 60 orang, jadi monitoringnya juga kurang," kata Rexy.
Pada Olimpiade Rio 2016, Indonesia akan diwakili 10 atlet bulu tangkis.
Mereka adalah Tommy Sugiarto (tunggal putra), Linda Wenifanetri (tunggal putri), Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (ganda putra), serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto (ganda campuran).
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | juara |
Komentar