Sepak bola Brasil memasuki masa kelam. Pada Minggu (12/6/2016) atau Senin (13/6/2016) pagi WIB, tim Samba dipermalukan 0-1 oleh Peru pada laga fase grup Copa America. Untuk kali pertamanya sejak 1987, Brasil gagal menembus babak knockout.
Menariknya, kesalahan ini jatuh pada hari spesial bagi Negeri Samba. Setiap tanggal 12 Juni, warga Brasil merayakan Dia Dos Namorados, alias hari kasih sayang versi mereka.
Aman untuk mengatakan bahwa pelatih tim Samba, Carlos Dunga, tak bisa membuat orang-orang lebih cinta kepadanya.
Brasil terjungkal berkat gol kontroversial Peru yang dibukukan Raul Ruidiaz, 15 menit sebelum bubar.
Siaran ulang tampak menunjukkan kalau Ruidiaz menggunakan tangannya untuk mendorong umpan silang Andy Polo ke gawang kiper Brasil, Allison.
Wasit Andres Cunha dari Uruguay sempat mengambil waktu lama untuk mengambil keputusan sebelum ia menunjuk ke tengah lapangan tanda gol disahkan.
Brasil hanya perlu satu gol untuk kembali menjadi pemimpin Grup B tetapi, walau mencatatkan 12 tembakan ke gawang, Dani Alves dkk gagal menjebol gawang Pedro Gallese.
Tim Samba terdepak secara memalukan walau beberapa hari sebelumnya menjebloskan 7 gol melewati gawang Haiti.
Kekalahan ini meningkatkan status sepak bola Brasil dari lampu kuning menjadi lampu merah.
Hasil tersebut merupakan kemenangan pertama Peru atas Brasil dalam 31 tahun terakhir. Pelatih Brasil, Carlos Dunga, belum pernah kalah melawan Peru selama menukangi timnas Samba.
Kekalahan di edisi khusus Copa America ini menambah derita di hati para suporter Brasil.
Brasil kini berada di peringkat keenam dari 10 negara di Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Conmebol.
Mereka hanya mampu menang dua kali dari enam laga dan kini berada di luar zona play-off sekali pun.
Kendati berada dalam tekanan intens, Dunga tampak tenang di tengah badai media. Ia mengatakan bahwa pasukannya hanya kurang beruntung kontra Peru.
"Tak ada yang patut dibicarakan. Laga seharusnya berakhir 0-0," ujar Dunga kepada O'Globo. Ia kukuh bahwa gol Peru tak seharusnya disahkan.
Sang pelatih juga tak takut ketika disinggung tentang kemungkinannya kehilangan pekerjaan.
"Saya hanya takut satu hal: Kematian. Tim ini merupakan jalan menuju Piala Dunia," tuturnya lagi. "Kita semua memuji Jerman, yang membutuhkan 14 tahun untuk menjalankan proyek mereka. Kita semua harus sabar."
Sebelum hasil tersebut, warga Brasil di forum-forum internet online dikatakan tengah marah dan kecewa dengan timnas mereka.
Reaksi sosial media setelah kekalahan Tim Samba pun tak kalah gencar.
Go back to the 2010 World Cup. Brazilians hated Dunga because he tried to change their style of play.
— US Soccer Feed (@ussoccerfeed) June 13, 2016
I loved Dunga as a player, so it does hurt to see him fail. But his appointment was a bad joke that needs to be brought to an end now.
— Tim Stillman (@Stillberto) June 13, 2016
Brazil should sack Dunga asap. Awful coach. But it's good for Argentina as long as he's in charge pic.twitter.com/zioM5ojRGc
— Messi World (@MessiWorId) June 13, 2016
Beberapa bahkan terang-terangan ingin negara mereka kalah agar Dunga dipecat dan timnas Samba bisa mempersiapkan diri lebih bagus ke PD 2018.
Melihat penampilan Brasil sepanjang Copa America Centenario ini, hal tersebut akan sangat mungkin terjadi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar