Namun, dia sudah kembali ke performa terbaik dalam beberapa bulan terakhir. Dia kembali menjadi ancaman dengan mencatat tiga gelar superseris secera beruntun di India Terbuka, Malaysia Terbuka, dan Singapura Terbuka.
Hasil tersebut juga mengantarnya menjadi pebulu tangkis Thailand pertama yang bisa menjadi nomor satu dunia.
Dengan rasa percaya diri yang kembali dimiliki, ditambah pengalaman serta prestasi yang sudah ada dalam genggaman, Intanon menatap positif Olimpiade Rio.
"Saya berharap bisa meraih medali emas untuk Thailand. Itu tidak terlalu sulit dan saya yakin bisa melakukannya," ucapnya optimistis.
Meski masih muda, Intanon punya sejarah panjang dalam perjalanan kariernya. Pada awal mengenal bulu tangkis, saat masih berusia 6 tahun, dia berlatih di luar pabrik tempat orang tuanya dulu berkerja.
Kini, dengan uang yang diperoleh dari memenangi turnamen serta sponsor, Intanon punya cukup uang untuk memodali orang tuanya membuka usaha makanan sendiri.
Dia juga bukan pemain yang lupa untuk membalas budi. Ketika punya kesempatan bermain bulu tangkis dengan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha, Intanon meminta agar permohanan pelatihnya yang berasal dari China, Xie Zhuhua, untuk menjadi warga negara Thailand bisa diproses dengan cepat.
Xie Zhuhua melatih Intanon sejak dia masih junior. Xie punya pengaruh besar dalam permainan Intanon, terutama saat menghadapi para pemain China. Pada era 1990-an, Xie merupakan lawan tanding Li Yongbo, pelatih kepala China saat ini.
"Dia merperlakukan saya seperti anaknya karena dia tidak punya anak sendiri. Dia sayang kepada saya seperti anak sendiri. Buat saya, dia seperti ayah kedua. Karena itu, saya berusaha yang terbaik (untuk membantunya menjadi warga Thailand)," kata Intanon.
Intanon saat ini berada di Sydney untuk mengikuti Australia Terbuka, 7-12 Juni. Unggulan kedua tersebut akan menjalani babak pertama pada hari ini, Rabu (8/6/2016), dengan menghadapi Minatsu Mitani (Jepang).
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | Reuters |
Komentar