La Liga masih enggan menggunakan teknologi garis gawang dalam kompetisi mereka. Alasannya, teknologi tersebut dinilai memakan biaya yang besar.
Teknologi garis gawang terbukti sukses digunakan oleh Premier League sejak 2013-2014. Bundesliga, Serie A, dan Ligue 1 juga mulai mengandalkan sistem ini untuk yang kali pertama pada tahun lalu.
Turnamen bergengsi antarklub Eropa, yakni Liga Champions dan Liga Europa, turut mengandalkan teknologi tersebut. Demikian pula dengan ajang Piala Eropa 2016 yang akan berlangsung pada pekan ini.
Kendati begitu, La Liga tetap bersikeras tak menggunakan teknologi garis gawang. Menurut Presiden La Liga, Javier Tebas, penggunaan teknologi itu dinilai terlalu mahal.
"Tidak, kami tidak akan menggunakannya. Itu akan memakan biaya yang besar," ujar Tebas kepada Cope's Tiempo de Juego, Senin (6/6/2016).
Kebijakan La Liga tak menggunakan teknologi garis gawang mungkin tak terlepas dari krisis keuangan yang melanda Spanyol dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, pendapatan La Liga dari hak siar televisi juga tak sebesar Premier League.
Perusahaan pengadaan teknologi garis gawang asal Jerman, GoalControl, memang memasang harga yang tergolong tinggi.
Untuk kontrak tiga tahun, biaya pemasangan teknologi tersebut mencapai 420.000 poundsterling (Rp 8 miliar) untuk satu stadion.
Baca Juga:
- De Rossi Janji Tak akan Mengolok-olok Rambut El Shaarawy Lagi
- Keajaiban Muhammad Ali di Mata Barack Obama
- Radja Nainggolan: Gabung Chelsea Meningkatkan Keuangan
Adapun dalam kompetisi sepak bola negara Eropa, teknologi tersebut idealnya dipasang di 280 stadion. Dengan demikian, butuh biaya sekitar 118 juta poundsterling (Rp 2,2 triliun) untuk kontrak tiga tahun.
Teknologi garis gawang sudah dipakai pertama kali oleh FIFA pada Piala Konfederasi 2013. Tujuannya untuk meminimalkan keputusan wasit terkait insiden gol kontroversial.
Insiden seperti itu pernah terjadi pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kala itu, dalam tayangan ulang, bola hasil tendangan gelandang Inggris Frank Lampard sudah melewati garis gawang Jerman.
Akan tetapi, karena keterbatasan pandangan wasit, tembakan dari Lampard itu tidak disahkan. Mulai sejak itulah, teknologi garis gawang mulai dipertimbangkan.
Editor | : |
Komentar