Fisioterapis Semen Padang FC, Matias Ibo, tengah dalam tahap mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penerapan sport science di Indonesia. Salah satunya, menghapus mitos yang menyebutkan penderita cedera harus segera disembuhkan melalui pemijatan.
Matias Ibo, yang juga memiliki latar belakang profesional dalam bidang sport science, mengungkapkan mengapa metode pijat sebaiknya dihindari bagi penderita cedera.
Menurut eks fisioterapis tim nasional (timnas) Indonesia itu, metode pijat sudah tidak relevan lagi untuk penyembuhan cedera pada masa kini.
"Di Indonesia banyak mitos yang masih melekat dengan budaya kita, salah satunya pemijatan untuk penderita cedera. Namun, jika kita mengacu kepada era modern olahraga, pijat menjadi sesuatu yang fungsinya berbeda 180 derajat," ucap Matias Ibo kepada JUARA.
"Sekarang dikesankan apabila lengkingan kita terdengar sampai kampung sebelah, semakin bagus kemampuan si pemijat itu. Padahal, hal itu semakin merusak jaringan dalam tubuh kita," katanya, sedikit berguyon.
Lebih lanjut, Matias juga memaparkan menyoal respons tubuh manusia ketika merasakan sakit yang ditimbulkan saat pemijatan.
Baca Juga:
- Keajaiban Muhammad Ali di Mata Barack Obama
- Sempat Jatuh, Daud Yordan Menang di Uruguay
- Rahasia Terkait CR7 dan Neymar akan Dibongkar Saat PSG Juara Liga Champions
Fisioterapis berdarah Indonesia-Swiss itu memang mengatakan jika otak dan tubuh manusia memang tidak dapat dan tidak didesain untuk menampung rasa sakit.
Selain itu, Matias juga menjelaskan bagaimana metode yang digunakannya untuk pemulihan seorang pemain yang terindikasi cedera. Dia mengatakan akan selalu memberikan latihan yang bersifat aktif.
"Saya selalu memberikan latihan bersifat aktif untuk pemulihan pemain yang cedera. Jadi, jika kita merehabilitasi cedera, otomatis tidak boleh ada rasa sakit karena hal tersebut bertentangan dengan tubuh kita secara logika," ujar Matias.
Di akhir percakapan, Matias menyatakan bukan ingin mengecilkan jasa seorang tukang pijat. Tetapi, fisioterapis kelahiran Malang itu menyarankan agar pemijatan dilakukan bukan untuk penyembuhan cedera melainkan hanya untuk melepaskan rasa lelah.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | juara |
Komentar