Kekalahan pasangan ganda putri Indonesia, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii, pada babak pertama BCA Indonesia Open Superseries Premiere 2016 disebabkan kondisi salah satu pemainnya, Nitya belum terlalu dari cedera lutut.
Cedera tersebut dialami Nitya setelah menjalani laga semifinal Kejuaraan Asia pada April. Saat itu, Nitya/Greysia sedang menghadapi pasangan asal Jepang, Naoko Fukuman/Kurumi Yonao.
Laga tersebut mendapat predikat sebagai laga bulu tangkis terlama karena berlangsung selama 161 menit atau 2 jam 41 menit.
"Nitya belum bisa menghilangkan trauma cedera. Dia masih ragu ketika akan melakukan gerakan, sehingga tidak bermain lepas," kata pelatih nasional ganda putri, Eng Hian, ditemui di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Eng Hian menjelaskan bahwa sebelum memutuskan Nitya untuk tampil pada Indonesia Open, dia sudah berdiskusi dengan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI).
"Selain berdiskusi dengan beberapa pengurus PBSI, saya juga bertanya kepada anak-anak (Nitya/Greysia) tentang kesiapan mereka. Mereka tetap menyanggupi karena saya tahu di Indonesia Open mereka butuh untuk mencoba bermain," tutur Eng Hian, yang akrab disapa dengan Didi itu.
Menurut Eng Hian, persiapan yang dijalani Nitya/Greysia untuk turun pada Indonesia Open hanya tiga hari.
"Dengan kondisi yang belum pulih benar, seharusnya mereka memainkan pola permainan defensif daripada ofensif," ujar Eng Hian.
Ditanya apakah Nitya/Greysia akan tampil pada Australia Terbuka yang akan bergulir pada 7 Juni, Eng Hian belum bisa memutuskan.
"Bisa dikatakan saat ini kondisi Nitya belum mencapai 100 persen, tetapi saya pribadi ingin mereka berangkat ke Australia. Nitya sebenarnya rawan terkena cedera, namun, dia harus bisa mengubah mind set saat bermain. Apalagi saat Olimpiade dia akan menjalani laga keras mulai dari fase grup," tutur Eng Hian.
"Meskipun belum siap 100 persen, kami harus tahu bagaimana mengantisipasainya," ujar Eng Hian.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | juara |
Komentar