Bermuara di Barcelona
Melihat sengitnya persaingan kedua tim, wajar kalau banyak yang mungkin lupa Guardiola dan Mourinho pernah akrab semasa keduanya masih berada di Barcelona.
Ketika Bobby Robson melatih di Camp Nou dari 1996 sampai 1997, Guardiola adalah salah satu pilar Blaugarana. Adapun Mourinho menjabat sebagai penerjemah untuk Robson. Mourinho dan Guardiola cukup dekat.
Dalam buku biografi Guardiola, Another Way of Winning, pakar La Liga, Guillem Balague menulis bagaimana keduanya merayakan kemenangan Barcelona pada Piala Winners 1997.
"Mourinho mengangkat Pep dan memeluknya, menggendong Pep tiga kali sebelum mereka melompat bak dua bocah di pagi hari ketika Natal tiba," tulis Balague.
Lalu, mengapa keakraban itu seolah sirna? Mengapa Mourinho seperti punya vendeta personal kepada Guardiola?
Jawabannya, lagi-lagi ada di Barcelona.
Seperti yang ditulis Jonathan Wilson di Guardian pada 2015, Mourinho melamar sebagai pelatih menggantikan Frank Rijkaard. Barcelona menolak lamarannya dan menunjuk Guardiola yang ketika itu masih melatih tim junior Barcelona.
2016/17 Premier League managers:
José Mourinho
— Squawka Football (@Squawka) May 27, 2016
Pep Guardiola
Jürgen Klopp
Arsène Wenger
Antonio Conte
Mauricio Pochettino
Claudio Ranieri
Mourinho tidak pernah memaafkan Barcelona karena keputusan tersebut, kata Wilson. Sentimen tersebut berlanjut sampai akhirnya keduanya bertemu lagi dalam kapasitas sebagai pelatih.
Perseteruan keduanya menambah tinggi tensi laga el clasico antara Real Madrid dan Barcelona yang sebelumnya sudah identik dengan pertandingan keras dan emosional.
Puncaknya adalah ketika Mourinho mencolok mata asisten Guardiola, Tito Vilanova pada laga leg pertama semifinal Liga Champions 2010-2011. Pertandingan di Santiago Bernabeu tersebut berlangsung keras dan diwarnai dua kartu merah.
Jika bicara statistik head-to-head kedua klub saat el clasico, rekor keduanya imbang. Dari enam laga el clasico di bawah kendali Guardiola dan Mourinho, masing-masing menang dua kali dan seri dua kali.
Perselisihan keduanya juga membawa dampak bagi para pemain, bahkan berimbas ke tim nasional Spanyol yang didominasi pemain kedua klub. Seperti ada dua kubu besar di tubuh La Furia Roja.
Beruntung, Spanyol punya sosok pelatih Vicente del Bosque yang mampu meredam sentimen klub.
Setelah Spanyol menjadi panggung perseteruan dua mantan teman baik tersebut, kota Manchester dan Inggris akan menjadi panggung pertemuan berikutnya bagi Mourinho dan Guardiola.
Di klub baru masing-masing, Guardiola dan Mourinho akan menghadapi jadwal kompetisi padat, persaingan sengit masing-masing klub.
Belum lagi tekanan manajemen klub, tuntutan tekanan suporter, serta pengamatan dari pers Inggris yang galak. Jangan lupakan juga gengsi derbi Manchester untuk menentukan siapa yang terbaik di kota tersebut.
Ada gengsi dan prestise dalam tiap derbi, tidak kecuali derbi Manchester.
Siapa yang sanggup bertahan tidak ditentukan dari siapa yang lebih aktif bicara di depan media, melainkan kejeniusan masing-masing meramu taktik. Bagaimana, Senor Mourinho dan Senor Guardiola?
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar