Monumen Bola, itulah sebutan Monumen PSSI yang berdiri di kawasan Stadion Mandala Krida, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Sebutan tersebut tak lain karena patung teratai dengan bola di atas berdiri di halaman monumen.
Penulis: Ferry Tri Adi
Tanggal 3 Juli 1955 pukul 09.00 WIB atau tepatnya 61 tahun lalu, Presiden Soekarno meresmikan monumen yang dibuat untuk memperingati 25 tahun lahirnya PSSI.
Dalam BOLA edisi 13 April 1984 di sebuah kolom yang ditulis Butet Kartaredjasa mengungkap fakta bahwa Monumen PSSI hanya dibangun dalam tempo satu bulan.
Djayengasmoro, sang perancang dan pembuat monumen itu, mengatakan, “Hanya dalam tempo sekitar sebulan, monumen yang semuanya dari batu itu harus sudah diselesaikan.
Bulan Mei 1955, di kediaman Selo Sumarjan di Jakarta, Sultan memberi perintah kepada saya. Dan, bulan Juli tahun yang sama, monumen itu rampung dan diresmikan.”
Namun, ada polemik yang hingga kini belum selesai. Banyak yang menganggap kalau Monumen PSSI itu ialah gedung pertemuan bond-bond (perserikatan) untuk mendirikan federasi sepak bola Tanah Air.
Gedung pertemuan yang dimaksud tak lain ialah Societeit Hande Projo.
Atau, dengan kata lain, Monumen PSSI adalah Societeit Hande Projo.
BOLA kemudian meriset dari data surat kabar terdahulu.
Kata Societeit Hande Projo sudah muncul di koran-koran tahun 1927 akhir.
Misalnya saja De Indische Courant edisi Oktober hingga November yang memuat berita soal pertemuan Jong Indonesia di gedung tersebut yang dihadiri sekitar 150 orang.
Ada lagi perihal agenda rapat umum Jong Indonesia pada 30 Oktober 1927, yang meliputi presentasi maksud dan tujuan Jong Indonesia (oleh S. Mangoensarkoro).
Kemudian, Societeit Hande Projo juga digunakan oleh Boedi Oetomo untuk membahas konferensi kerja sama dengan penduduk pribumi dan otonomi desa.
Dalam koran Bintang Mataram 22-24 April 1930, yang memuat acara pertemuan perserikatan untuk pembentukan PSSI, tertulis bahwa pada sore hari bond-bond yang melakukan pertemuan tersebut melakukan pertandingan di alun-alun utara keraton Yogyakarta.
Data tersebut diperkuat tulisan Eddi Ellison dalam bukunya Soeratin Sosrosoegondo Menantang Penjajahan Belanda dengan Sepak Bola Kebangsaan.
“Dengan wajah serius penuh optimisme, suara M. Daslam Adiwasito tercetus tegar. Antara lain ia berkata: ‘Kita orang kumpulan sport bagi kemuliaan bangsa.’ Tepuk tangan meriah bergema menyambut kata pembukaan ketua sidang itu dalam suatu pertemuan di ruangan Gedung Handeprojo (sekarang Gedung Batik) di Jalan Yudonegaran, Yogyakarta, hari Sabtu, 19 April 1930.”
Dari data sederhana yang sudah dikumpulkan BOLA sebenarnya sudah bisa disimpulkan bahwa hingga saat ini banyak orang salah kaprah menganggap Monumen PSSI sebagai Societeit Hande Projo.
Tanggal yang tertera saja tidak menemui kecocokan.
Belum lagi soal jarak. Misalnya saja, Societeit Handeprojo adalah Monumen PSSI yang berdiri di utara Stadion Mandala Krida, jaraknya dari alun-alun utara tempat pertandingan bond-bond lumayan jauh.
Bagaimana mereka bisa melakukan pertemuan pada malam harinya?
Masuk akal bila Societeit Hande Projo itu berada di Jalan Yudonegaran karena jarak dengan alun-alun utara keraton sekitar satu kilometer dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.668 |
Komentar