Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

3 Opsi Masa Depan Ryan Giggs setelah Kedatangan Jose Mourinho

By Beri Bagja - Selasa, 24 Mei 2016 | 22:24 WIB
Ryan Giggs saat mengontrol sesi latihan pemain Manchester United di AON Training Complex, 16 Maret 2016.
STEVE BARDENS/GETTY IMAGES
Ryan Giggs saat mengontrol sesi latihan pemain Manchester United di AON Training Complex, 16 Maret 2016.

 Kedatangan Jose Mourinho (53) sebagai pelatih anyar Manchester United bakal berdampak terhadap masa depan Ryan Giggs (42).

Peresmian Mourinho sebagai arsitek Manchester United menggantikan posisi Louis van Gaal sepertinya tinggal menghitung hari.

Karena sifatnya belum resmi, konfirmasi mengenai kelanjutan nasib Giggs di kubu Setan Merah juga masih dinantikan.

Baca Juga:

Media lokal seperti Manchester Evening News melaporkan United menawari Giggs posisi sebagai anggota staf manajer anyar.

Akan tetapi, Mirror mengabarkan hal sebaliknya dengan menyebut sang legenda segera mengumumkan perpisahan dengan Manchester United.

Apakah Giggs akan pergi atau bertahan? Berikut tiga opsi masa depan eks sayap kilat Setan Merah itu setelah kedatangan Jose Mourinho.

1. Tetap di Manchester United sebagai asisten

Ryan Giggs melakoni tiga tahun terakhir masa "belajar" sebagai asisten manajer di Man United ataupun pelatih sementara.

Ia menjadi pemain merangkap tangan kanan Manajer David Moyes pada 2013-2014. Setelah Moyes dipecat pada April 2014, Giggs mengambil alih peran sebagai manajer interim pada sisa musim tersebut.

Ia menghabiskan dua tahun terakhir sebagai asisten Louis van Gaal. Afiliasi Giggs selama 29 tahun sejak menjadi anggota tim junior sampai asisten manajer terancam berakhir seturut kedatangan Mourinho.

Mou kelihatannya akan kembali mengajak orang kepercayaannya, Rui Faria, ke Old Trafford. Keduanya sudah bekerja sama sejak Mourinho menukangi klub Portugal, Uniao Leiria, pada 2001.

Namun, peluang Giggs bertahan tetap terbuka lebar. Mourinho punya kecenderungan mengangkat satu asisten yang punya ikatan emosional kuat dengan klub yang dia latih. Biasanya, sosok itu merupakan mantan pemain klub bersangkutan.

Hal itu terbukti dengan penunjukan Steve Clarke pada rezim pertama Mourinho di Chelsea (2004), Giuseppe Baresi di Inter Milan (2008), atau Aitor Karanka di Real Madrid (2010).

Pada periode kedua bareng Chelsea (2013), Mou bahkan menyertakan 4 orang dalam hierarki staf sebagai asisten, yakni Faria, Steve Holland, Silvino Lauro, dan Jose Morais. Karena itu, Giggs dan Faria tetap punya kesempatan bersinergi.

Dengan pengetahuan mendalam soal karakter United, Giggs dapat menolong Mourinho, sedangkan Faria bisa melakoni peran lain sebagai pelatih kebugaran atau penasihat teknik, seperti yang dia lakoni saat di Inter.

2. Bertahan, tapi dalam fungsi berbeda

Jika tak mendapatkan posisi asisten manajer tim utama, Ryan Giggs tetap punya peluang mempertahankan afiliasi panjangnya dengan Man United.

Pilihannya ialah mencoba fungsi berbeda, misalnya dengan melatih tim junior. Kesempatan itu bukan berarti degradasi karier, tetapi justru membuka kans dirinya ditempa lebih reguler untuk menjadi pelatih top.

Josep Guardiola (FC Barcelona) dan Zinedine Zidane (Real Madrid) juga melalui jalur tersebut hingga mengantarkan mereka menjadi pelatih papan atas.

Siapa tahu setelah matang melatih tim junior, akan datang pula kesempatan lebih menjanjikan buat Giggs naik pangkat, seperti yang dialami Guardiola atau Zidane.

[video]http://video.kompas.com/e/4905567798001_ackom_pballball[/video]

3. Pergi mencari tim lain

Opsi terakhir ini akan ditempuh jika Ryan Giggs memang sudah tak ditakdirkan lagi bersama Man United.

Peraih 13 gelar Liga Inggris sebagai pemain itu akan pergi dengan simpati luar biasa sebagai legenda Setan Merah.

Dia sudah memegang lisensi kepelatihan UEFA Pro, sehingga kans mendapatkan tawaran dari klub luar tak akan sulit.

Celtic FC, Everton, sampai Aston Villa dilaporkan tertarik memakai jasa Giggs andai dia jadi angkat koper dari Old Trafford.

Sejarah pun membuktikan tak sulit bagi legenda Man United berkarier di klub lain, bahkan sampai menjadi rival.

Contoh nyata ialah Steve Bruce (kini di Hull City) dan Mark Hughes (Stoke City). Dua spesimen lain yang kurang sukses ialah eks kapten Man United, yakni Roy Keane (eks Sunderland) dan Gary Neville (Valencia).

[video]http://video.kompas.com/e/4898265036001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X