Apa yang dibutuhkan Manchester United untuk merajut rentetan kesuksesan seperti era Sir Matt Busby dan Sir Alex Ferguson? Jawabannya cuma satu, yaitu trofi Piala FA.
Tengok saja gelar pertama Manchester United di curriculum vitae Busby dan Ferguson. Pasukan Busby menjuarai edisi 1948 dengan mengalahkan Blackpool di Stadion Wembley. Di tempat serupa, anak-anak asuh Ferguson mengalahkan Crystal Palace pada final 1990.
Setelah itu, Matt Busby menambah sepuluh trofi lainnya, lima di antaranya berupa gelar liga dan satu di Piala FA. Adapun Ferguson mengoleksi total 38 piala bersama klub berjulukan Setan Merah, 13 di antaranya diraih di liga.
Man United besutan Louis van Gaal kini dihadapkan dengan skenario serupa. Final Piala FA di Stadion Wembley, Sabtu (21/5/2016), bisa menjadi tonggak prestasi untuk klub berjulukan Setan Merah.
Baca Juga:
- Meledek Legenda Indonesia, Del Piero Tertawa
- Tak Hadir di Indonesia, Anak Marcello Lippi Ungkapkan Pesan Sang Ayah
- Lawan Del Piero dkk, Danurwindo Ingin Mainkan 15 Pemain di Lapangan
Menariknya, Man United akan melawan Crystal Palace, tim yang dikalahkan anak-anak asuh Ferguson 26 tahun lalu.
Kemenangan atas Palace sekaligus bakal mengakhiri dahaga gelar Man United sejak 2013, ketika Ferguson menanggalkan jabatan manajer. Sedari itu, tiga manajer termasuk interim, gagal menyumbang trofi untuk publik Old Trafford.
Puasa Piala FA juga dialami Manchester United sejak 2004. Mereka sempat menembus final edisi 2005 dan 2007, tetapi gagal menjadi juara.
Atas dasar itu, Van Gaal memandang penting gelar di turnamen tertua Inggris ini. Bahkan, kemenangan atas Palace dinilai lebih penting ketimbang tiket Liga Champions.
"Lolos ke Liga Champions bukanlah gelar, tetapi kemenangan di final Piala FA bisa mewujudkannya. Bagi Manchester United, gelar ini berarti sangat besar," tutur Van Gaal.
Tomorrow will be a first Cup final for #mufc fan @OllyOfficial... #WeAreUnited https://t.co/xmi2rHzl3m
— Manchester United (@ManUtd) May 20, 2016
Bukan era 1990-an
Di sisi lain, Palace tidak mau dipandang enteng. Bahkan, Manajer Alan Pardew meyakini bahwa Man United tidak memiliki komposisi sekuat era Ferguson.
Di mata dia, ada rasa takut yang berkurang dari setiap lawan ketika bertemu Manchester United. Sikap berbanding terbalik justru dirasakan Pardew ketika berkarier sebagai pemain dari 1980 hingga 1998.
Nama Pardew turut tercantum di susunan starter Palace pada final Piala FA 1990. Tidak dimungkiri oleh dia, para pemain Palace bersikap pesimistis 26 tahun lalu.
"Saya berpikir, 'Kami mungkin menang.' Namun, saya sejujurnya tidak merasa yakin. Saya cuma bisa berpikir kemungkinan," kata Pardew.
"Semuanya berbeda kali ini. Saya benar-benar merasa yakin untuk menang. Apalagi, ada satu atau dua pemain yang mungkin tidak akan bermain di final lagi. Partai ini menjadi kesempatan mereka," ucap sang manajer.
Akan tetapi, Pardew masih harus membuktikannya di lapangan. Selama kariernya sebagai manajer, dia lebih sering menelan kekalahan dari Man United, yaitu sepuluh dari 15.
Terlebih lagi, Palace terlihat inferior menilik rekaman pertemuan. Mereka meraih satu imbang dan lima kekalahan dari enam partai terakhir melawan Man United.
[video]http://video.kompas.com/e/4898265036001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar