Sejak Piala Thomas digelar pada 1949, Denmark sudah tujuh kali menembus partai final. Sayang, raksasa bulu tangkis benua Eropa itu belum pernah menjadi kampiun lantaran selalu gagal menembus dominasi Asia.
Laporan langsung Aloysius Gonsaga Angi Ebo dari Kunshan, China
Malaysia, Indonesia dan China tak pernah memberikan kesempatan kepada Denmark mengangkat trofi yang merupakan ide dari Sir George Alan Thomas tersebut. Terakhir kali Denmark merasa final Piala Thomas pada tahun 2006 di Sendai dan Tokyo, Jepang. Waktu itu China yang menghadang Denmark karena pada partai final Negeri Tirai Bambu tersebut menang 3-0.
Kini, Denmark kembali menjejakkan kakinya di final usai menang dramatis 3-2 atas Malaysia pada semifinal di Kunshan Sports Centre, Jumat (20/5/2016). Sempat tertinggal 0-2, Denmark berhasil membalikkan keadaan setelah menyapu bersih tiga nomor terakhir. Tersaji sejumlah drama dalam perjuangan Denmark meraih tiket final turnamen dua tahunan ini.
Aksi tunggal pertama Denmark, Viktor Axelsen, membanting raket menjadi drama pertama dalam pertandingan tersebut. Itu dia lakukan menjelang akhir gim pertama, yang berkesudahan 23-21 untuk kemenangan pemain utama Malaysia, Lee Chong Wei.
Sempat tertinggal jauh, 11-18, Axelsen berhasil menyusul perolehan poin Chong Wei untuk membuat kedudukan imbang 18-18. Dia kemudian bisa memaksa deuce, sebelum meraih game point 21-20.
Dalam keadaan unggul itu, Axelsen sudah dinyatakan pemenang lantaran shuttlecock pukulan panjangnya dibiarkan oleh Chong Wei dan hakim garis menyatakan masuk. Tetapi Chong Wei merasa bola itu keluar, sehingga meminta challenge. Alhasil, dari "pengamatan" kamera, shuttlecock pukulan Axelsen dinyatakan keluar, sehingga Chong Wei bisa menyamakan kedudukan menjadi 21-21.
Sontak, Axelsen langsung berteriak dan membanting raketnya. Pemain 22 tahun yang menempati peringkat keempat dunia tersebut sangat kecewa, meskipun challenge merupakan hak setiap pemain ketika merasa keputusan hakim garis keliru. Chong Wei pun memanfaatkan dengan baik kondisi mental Axelsen yang sedang tidak bagus, sehingga memenangi gim tersebut dengan 23-21.
Terbawa suasana pada akhir gim pertama itu, Axelsen tampil kurang gereget pada awal gim kedua. Chong Wei pun melaju cukup kencang dengan keunggulan 4-1, sebelum Axelsen mulai bermain bagus selepas jeda untuk membuat kedudukan imbang 15-15. Tetapi Chong Wei yang sudah memegang kendali permainan bisa melaju lagi untuk menang 21-18 dan membawa Malaysia unggul 1-0.
"Saya sangat marah dan kecewa dengan hasil challenge sehingga membuang raket," ujar Axelsen usai pertandingan. Dia pun berjanji untuk berlatih lebih keras lagi sehingga suatu saat nanti bisa meraih kemenangan pertama atas Chong Wei (saat ini Chong Wei unggul 9-0 dalam rekor pertemuan).
Ganda pertama Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong, menambah keunggulan Malaysia menjadi 2-0. Mereka menang 21-18, 21-18 atas ganda pertama Denmark, Mathias Boe/Mads Conrad-Petersen.
Namun pada partai ketiga, Denmark bisa meraih kemenangan melalui tunggal kedua, Hans-Kristian Vittinghus. Meskipun sempat tertekan, pemain nomor 13 dunia ini mampu menaklukkan Iskandar Zulkarnain Zainuddin dengan 21-18, 21-18. Ini menjadi momen kebangkitan Denmark.
Baca Juga:
- Meledek Legenda Indonesia, Del Piero Tertawa
- Tak Hadir di Indonesia, Anak Marcello Lippi Ungkapkan Pesan Sang Ayah
- Lawan Del Piero dkk, Danurwindo Ingin Mainkan 15 Pemain di Lapangan
Ganda kedua Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, sukses menyamakan skor menjadi 2-2 usai menang 10-21, 21-8, 21-13 atas pasangan senior Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Drama berikutnya pun terjadi setelah pasangan nomor 23 dunia tersebut menaklukkan Tan/Koo, yang saat ini menampati ranking ke-17 dunia.
Rasmussen bukan cuma berteriak dan melompat di lapangan. Dia langsung melempar raket yang digunakan dalam pertandingan tersebut kepada suporter China, yang memang memberikan dukungan penuh kepada Denmark sepanjang pertandingan.
Tak berhenti di situ. Dalam perjalanannya menuju mixed zone, Rasmussen melepas kaos yang dikenakan dalam laga berdurasi 59 menit tersebut kepada suporter tuan rumah yang memenuhi tribune barat lapangan pertandingan. Pada momen yang sama, dia mengambil raket di dalam tasnya dan kembali melempar "senjatanya" itu kepada penonton.
"Sungguh luar biasa karena kami bisa menang setelah kalah pada gim pertama. Para suporter juga luar biasa karena saya merasa seperti Denmark bermain di rumah sendiri sehingga kami ingin membayar dan memberikan sesuatu kepada suporter karena dukungannya kepada Denmark. Jadi, dua raket dan kaos saya mungkin mereka suka sehingga saya memberikannya," ujar Rasmussen.
Hasil positif yang diraih Vittinghus serta Astrup/Rasmussen memberikan dampak yang sangat positif bagi Denmark. Tunggal ketiga mereka, Emil Holst, tampil sangat impresif pada partai penentuan sehingga meraih kemenangan 21-15, 21-18 atas pemain Malaysia, Chong Wei Feng. Alhasil, penantian Denmark untuk kembali ke final sejak 2006 bisa terwujud.
Pada partai puncak nanti yang berlangsung pada Minggu (22/5), Denmark akan bertemu Indonesia, yang lolos setelah menang 3-1 atas Korea Selatan. Ini akan menjadi ulangan final tahun 1964 (Indonesia menang 6-3), 1973 (Indonesia menang 8-1), 1979 (Indonesia menang 9-0), 1996 (Indonesia menang 5-0).
Akankah kali ini Denmark bisa mengakhiri penantian panjangnya untuk meraih gelar pertama turnamen beregu putra paling bergensi di dunia tersebut?
"Saya belum tahu nanti, karena sekarang kami ingin menikmati dulu kegembiraan ini. Saya rasa kami memiliki peluang yang lebih bagus melawan Indonesia dibandingkan jika bertemu China," ujar pelatih kepala Denmark, Lars Uhre, usai kemenangan timnya atas Malaysia.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | juara.net |
Komentar