Melihat posisi akhir, Inter Milan memperlihatkan perkembangan positif bila dibandingkan musim lalu. Akan tetapi, finis di peringkat empat bukan target yang dicanangkan klub di awal musim.
Penulis: Anggun Pratama
Inter menyelesaikan musim empat titik lebih baik dari musim sebelumnya, tentu dengan perolehan poin yang lebih banyak. Akan tetapi, pasukan Roberto Mancini tidak finis di peringkat tiga seperti yang ditargetkan.
Inter bukan tanpa ambisi. Belanja besar dengan mendatangkan Geoffrey Kondogbia sampai membeli Ivan Perisic jadi salah satu cara manajemen membantu Mancini.
67 - Jumlah poin yang dikumpulkan Inter Milan di Serie A 2015-2016. Catatan tersebut melampaui raihan musim lalu yang mencapai 55 angka.
Stevan Jovetic hingga Adem Ljajic juga ikut menambah kualitas individual tim. Hanya, para pemain tersebut ternyata sulit nyetel dalam sebuah tim.
Sejak awal musim, Mancini terus mengotak-atik susunan 11 pemain pilihan utamanya. Tak ada yang aman kecuali Samir Handanovic dan dua bek tengah: Joao Miranda dan Jeison Murillo.
Hasilnya Inter terlihat kuat di belakang tetapi minim kreasi dan fantasi. Serangan tim tak terlihat seperti memiliki pola jelas, hanya mengandalkan kemampuan individual. Cara tersebut membuat serangan Inter mudah dipatahkan.
Mauro Icardi, kapten sekaligus penyerang tengah tim, kekurangan suplai. Ia sampai frustrasi karena sulit mencetak gol.
Tak adanya sistem dan pola permainan yang jelas membuat Inter sulit bangkit ketika mengalami penurunan performa di dalam dua bulan pertama tahun ini.
Kepercayaan diri tim jeblok, Inter pun tak pernah lagi mencapai posisi idaman.
[video]http://video.kompas.com/e/4893970916001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar