"Apakah Milan adalah tim dari Kota Milano di Italia?" Kalimat tersebut terlontar dari mulut pemilik Alibaba Group, Jack Ma.
Penulis : Sem Bagaskara
Apakah Jack Ma berucap demikian hanya untuk mementahkan rumor yang mengatakan bahwa dirinya ingin mengakuisisi saham mayoritas Milan?
Atau, sang taipan asal Tiongkok bisa jadi benar-benar tak mengenal Milan! Jika acuannya prestasi dalam rentang empat tahun terakhir, Milan memang bukan lagi nama besar di dunia sepak bola. Tak ada gelar prestisius yang dicaplok I Rossoneri.
Klub milik Silvio Berlusconi itu sudah tak ambil bagian di kompetisi antarklub Eropa dalam dua musim terakhir.
Miskin prestasi, otomatis ekspos terhadap Milan pun berkurang. Barcelona, Real Madrid, atau bahkan Leicester City sekarang mungkin akan lebih akrab di telinga Jack Ma ketimbang Milan.
Tak cuma bermasalah di atas lapangan, rapor I Rossoneri di atas kertas laporan keuangan juga memprihatinkan.
Manajemen Milan telah mengonfirmasi bahwa pada 2015 mereka merugi sebesar 89,3 juta euro (1,35 triliun rupiah).
Selama 30 tahun dipimpin Berlusconi, hanya dua kali Milan tak mengalami defisit, salah satunya pada 2006 di mana mereka mendapat pemasukan besar dari penjualan Andriy Shevchenko ke Chelsea.
Performa Milan yang pas-pasan plus situasi finansial yang tak menggembirakan menyebabkan para investor peminat berpikir dua kali. Lihat saja Mr. Bee yang bak hilang ditelan bumi.
Pria bernama asli Bee Taechaubol itu sempat dikabarkan setuju membeli 48 persen saham I Rossoneri.
Namun, proses akuisisi berlarut-larut dan tak menemui kejelasan sampai sekarang.
"Dulu, kami bisa memilih pemain terbaik dunia. Sekarang Milan telah anjlok ke level di mana para pemain terbaik itu tak mau pergi ke sana," kata legenda Milan, Alessandro Costacurta, di Calciomercato.
Investor ragu-ragu menanamkan modal, begitu pula pemain bertaraf bintang yang secara enteng menjadikan Milan sebagai pilihan kesekian.
Padahal, ketika membeli dan menyelamatkan Milan dari kebangkrutan pada 1986, Berlusconi mengibaratkan klub berkostum merah-hitam itu sebagai gadis cantik.
"Milan? Ini adalah urusan hati. Mahal, namun gadis tercantik selalu menyedot banyak biaya," kata Berlusconi.
Sapuan riasan ala Berlusconi sepertinya tak lagi relevan dengan zaman. Bukannya memesona, belakangan Milan malah kian buruk rupa. I Rossoneri dijauhi oleh investor, pemain top, hingga pelatih hebat.
Mereka semua tampak paranoid dengan kebingungan yang terusmenerus menyelimuti Milanello (sentra latihan Milan).
Pelatih Sassuolo, Eusebio Di Francesco, yang gaya melatihnya disukai Berlusconi, dengan tegas menolak menukangi Milan.
Ia berkata enggan pergi ke tempat yang membingungkan. Di Francesco bahkan sudah memperpanjang kontraknya dengan Sassuolo sampai 2019.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.665 |
Komentar