Menjelang balapan kelima Rio Haryanto di Sirkuit Barcelona de Catalunya, Spanyol, pada 15 Mei 2016, JUARA duduk bersama pakar olahraga otomotif sekaligus Pemimpin Redaksi Tabloid Bola, Arief Kurniawan, dan menanyakan opininya tentang Rio, pria Indonesia pertama yang membalap di Formula 1.
Rio telah merampungkan empat balapan musim ini.
Menjalani balapan di Sochi Autodrom, Rusia, langkah Rio harus terhenti karena mengalami insiden tabrakan dengan mobil milik Nico Hulkenberg (Force India) pada awal balapan.
Sekalipun tak sempat menyelesaikan satu putaran pada balapan GP Rusia karena harus keluar lintasan, progress Rio di mata Arief Kurniawan sejauh ini cukup baik dan memuaskan.
Pria yang akrab disapa Mas Kumis ini menilai justru performa Rio sedang mengalami perkembangan pesat.
Menurutnya, untuk menilai kematangan seorang pebalap tidak cukup hanya berpatokan pada hasil finis.
Dalam kasus Rio, dapat dilihat saat free practice di seri terakhir GP Rusia, dia berhasil unggul dua kali dari sisi lap tercepat atas rekan setimnya, Pascal Wehrlein.
Hal itu membuktikan bahwa Rio cukup kompetitif. Sekalipun dalam beberapa kesempatan, Pascal tetap memiliki catatan
waktu lebih unggul.
Perbedaan dasar yang dimiliki Rio dengan Pascal dalam hal performa balap terletak pada konsistensi untuk finis. Rio alami gagal finis ketika race di Australia dan Rusia.
Jika balapan berjalan lancar saat di Sochi, Rio punya kemungkinan finis di depan Pascal.
Mengapa? Simak analisa pria yang akrab disapa Mas Kumis yang telah 20 tahun berpengalaman meliput olahraga otomotif, termasuk event-event bergengsi sekelas MotoGP dan F1.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | juara |
Komentar