akhir ini, yakni doping dan diskriminasi hadiah uang.
Belakangan ini, dunia dikejutkan dengan kasus doping yang menimpa ikon tenis putri saat ini, Maria Sharapova.
Pemegang 5 titel Grand Slam itu dilarang bertanding setelah dinyatakan gagal tes doping saat turun pada turnamen Grand Slam Australia Terbuka tahun ini.
Saat menjalani tes doping, petenis berusia 28 tahun itu positif mengonsumsi meldonium.
Mengenai doping, Christo mengaku aturan yang ditetapkan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) memanglah kompleks.
“Aturan doping memang rumit, dan tiap tahun selalu berubah-rubah. Kita sebagai atlet harus tanggap agar tidak kecolongan,” ucap Christo saat ditemui Juara di Kawasan Senayan, beberapa hari yang lalu.
“Untuk itu kita harus bekerja sama dengan pelatih dan dokter, supaya tidak ada suplemen yang kita gunakan ternyata dilarang,” kata petenis berusia 26 tahun itu.
Isu hangat lainnya yang menimpa dunia adalah mengenai perbedaan hadiah uang untuk sektor putra dan putri bagi para juara turnamen.
Misalnya pada ajang Cincinnati Masters 2015, jumlah hadiah yang diterima Roger Federer saat menjadi juara adalah 731.000 dolar AS (sekitar 9,5 miliar rupiah).
Sementara hadiah yang didapat juara kategori wanita, Serena Williams hanya 495.000 dolar AS (sekitar 6,4 miliar rupiah).
Mengenai diskriminasi hadiah uang, Christo menganggap sektor putra memang lebih layak untuk mendapat hadiah lebih.
“Pertandingan di sektor putra memang lebih mengandalkan fisik, oleh karena itu mereka layak mendapatkan hadiah lebih,” kata putra dari mantan petenis putri nasional, Elfia Mirlianti itu.
“Meski demikian, penyetaraan hadiah juara untuk putra dan putri juga bagus untuk meningkatkan level kompetisi,” ucap pemain yang pernah mengikuti turnamen Grand Slam Australia Terbuka tahun 2013 itu.
[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4859765810001&preload=none[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | juara |
Komentar