Atletico Madrid menempati urutan ke-10 dalam tabel klub pemilik nilai skuat termahal di Liga Champions 2015/16. Lantas bagaimana mereka bisa melangkahkan kaki sejauh ini, bahkan menyingkirkan tim sekelas Barcelona di perempat final?
Penulis : Indra Citra Sena
Nilai skuat memang tak sepenuhnya menjamin pencapaian tinggi di Liga Champion. Modal boleh saja minim, tapi kejeniusan Diego Simeone memaksimalkan kolektivitas serta potensi terbaik para pemain menjadi kunci Atletico menembus semifinal.
Simeone tidak menginstruksikan Atletico menyerang dan menang, melainkan bertahan agar tidak kalah. Itulah sebabnya mengapa rataan penguasaan bola per laga mereka berada di bawah 50 persen (49,4 persen).
Atletico cenderung membiarkan tim lawan menguasai bola sambil melakukan penjagaan ketat terhadap pemain-pemain yang masuk kategori berbahaya, semacam Lionel Messi, Neymar Jr, dan Luis Suarez pada laga kontra Barcelona.
Begitu lawan mulai kehabisan akal dan frustrasi, Atletico akan mempersempit ruang gerak dengan cara menggiring si pemegang bola ke sisi lapangan lalu berusaha mencegatnya untuk langsung melancarkan serangan balik kilat.
Metode favorit Atletico adalah melepaskan umpan panjang kepada penyerang berkaki cepat sekaliber Antoine Griezmann, Fernando Torres, Angel Correa, atau Yannick Ferreira- Carrasco, yang telah menanti di area pertahanan musuh.
Senjata lain yang juga efektif melukai lawan yaitu kemahiran merancang skema serangan udara, entah melalui umpan silang maupun situasi bola mati. Saul Niguez (4 gol) dan Griezmann (3) merupakan personel terproduktif dalam urusan ini.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.663 |
Komentar