Klub ibu kota Persija Jakarta punya banyak kenangan tak terlupakan di Stadion VIJ. Kandang pertama Macan Kemayoran ketika masih bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) itu menjadi saksi bisu keperkasaan mereka meraih empat gelar kompetisi Perserikatan pada 1931, 1933, 1934, dan 1938.
Penulis: Ferry Tri Adi
Kini, stadion tersebut letaknya nyempil dikelilingi pemukiman padat penduduk di kawasan Petojo atau lebih tepatnya di Jalan Biak, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Kondisinya pun tak bisa dibilang baik.
Padahal, Stadion VIJ sempat direnovasi pada 2013 dengan rumput kelas wahid bernama Zoysia Matrella (Linn) Merr.
Pendirian Stadion VIJ berawal dari inisiatif Mohammad Husni Thamrin, pemuda asli Betawi dari Sawah Besar yang menjabat sebagai pelindung VIJ.
Dalam Madjallah Abidin-Side, Thamrin masuk dalam struktur organisasi VIJ bersama tokoh pergerakan nasional lain, seperti Dr. Koesoema Atmadja (Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Dr. A. Halim (dokter Presiden Soekarno), Sostroamidjojo, Mr. Hadi, dan Dr. Moewardi sejak pendirian VIJ pada 28 November 1928.
Sejak pendirian itu, VIJ kemudian kebanjiran peminat dengan ditandai bertambahnya anggota pada 1929 seperti BSVC dan Tanah Abang.
Pergerakan VIJ yang memutar kompetisi internal di Kebon Kosong, kawasan Laan Travelli (sekarang Jalan Tanah Abang 2), untuk klub-klub anggotanya, semisal Tjahja Kwitang, PS Lego, Andalas, Sinar Betawi, Keroekoenan, JMC, Pejambon, Malay Club, dan PS Setia, selalu dimata-matai NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie).
Kompetisi tersebut juga berjalan lancar.
Melihat pergerakan VIJ yang serius, Thamrin kemudian membeli sebidang tanah di Pulo Piun (sekarang daerah Petojo) yang masih berada di kawasan Laan Travelli.
Kemudian, pada 1932, Thamrin membangun pagar di sekeliling stadion. Jika ditotal semua, Thamrin menghabiskan biaya 2.000 gulden.
Satu data lagi yang menyebutkan bahwa VIJ merupakan pasukan dari Pulo Piun ialah pidato Ir. Soekarno dalam perayaan hari ulang tahun Persija ke-30 di koran Merdeka tahun 1958.
“Jika mula-mula saudara-saudara harus puas dengan lapangan di Pulo Piun, maka sekarang saudara-saudara sudah mempunyai lapangan di Merdeka Timur.”
Pada 1980-an Stadion VIJ kepemilikannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Stadion yang sejak tahun 1950-an itu tak lagi digunakan sebagai kandang Persija itu kemudian dipugar dengan menambah ruang ganti pemain dan tribun penonton.
Jika dijumlah, Stadion VIJ sudah mengalami tiga kali renovasi.
Pada 1996 sempat dilakukan perbaikan karena lapangan kerap banjir, lalu terakhir pada 2013.
VIJ sendiri, yang sudah bersalin nama menjadi Persija, pindah ke Lapangan Ikada (sekarang kawasan Monumen Nasional) sejak 1950-an.
Pada 1960-an markas Macan Kemayoran pindah ke Stadion Menteng yang sudah disulap menjadi Taman Menteng.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.663 |
Komentar