Bila berbicara istilah anak emas di persepakbolaan Indonesia, salah satu yang paling kental di benak publik tak lain Firman Utina dan Benny Dollo.
Penulis: Fifi N./Budi K./Kukuh W.
Dulu, Firman adalah anak emas Bendol. Ke mana pun Bendol melatih klub, Firman akan dibawa (Persma Manado, Persita Tangerang, Arema).
Persib tahun ini memiliki cerita serupa dengan keberadaan Rachmad Hidayat.
Pemain kelahiran Medan, 10 Maret 1991 itu bisa dikatakan sebagai anak emas pelatih Dejan Antonic.
Pasalnya, Rahmad selalu dibawa Dejan sejak pindah dari Pro Duta (2012-2014) ke Pelita Bandung Raya (2015) dan kemudian ke Persib (2016).
Di Pro Duta dan PBR, Rachmad menjadi andalan di lini tengah.
Sebagai gelandang, Dejan cocok dengan permainan Rachmad yang berani memegang bola dan menusuk pertahanan lawan.
Di Persib, Dejan kerap mengeluarkan pernyataan jika tim tampil buruk lantaran tak ada pemain sekelas Rachmad.
Pernyataan seperti itu mencerminkan bahwa Rachmad sangat dibutuhkan Dejan.
Tapi, kondisi di Persib menjelang Kejuaraan Sepak Bola Torabika 2016 (TSC) terbilang rumit.
Rachmad masih terbelit cedera lutut kanan plus kedatangan gelandang Robertino Pugliara membuat posisinya berisiko dilupakan sejenak.
Meski masih cedera, Rachmad siap bersaing dengan Robertino di posisi gelandang. Ia pun tak merasa menjadi anak emas Dejan. Ia merasa harus tetap berjuang memperebutkan posisi inti.
“Kalau saya sudah sembuh optimistis bisa bersaing dengan Robertino. Tapi kalau masih seperti ini, saya belum bisa apa-apa,” ucap Rachmad.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.663 |
Komentar