Raden Adjeng Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan. Dia berperang melawan diskriminasi supaya perempuan Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan setara seperti pria.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Perempuan super seperti Kartini banyak juga ditemukan di sepak bola, olahraga yang identik dengan kaum pria. Status sebagai perempuan tidak menghalangi lima Kartini berikut bisa meraih status penting di sepak bola.
Chelsea adalah salah satu klub yang tidak ragu mempekerjakan perempuan. Publik mungkin hanya mengenal eks dokter tim utama, Eva Carneiro.
Namun, ada satu perempuan super yang berada di jajaran petinggi The Blues: Marina Granovskaia.
Tokoh keturunan Rusia ini telah hampir 20 tahun bekerja untuk pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Ketika Abramovich membeli Chelsea pada 2003, Granovskaia pindah ke London guna bertugas di Chelsea.
Sejak 2010, tangan kanan Abramovich dalam hal finansial ini bertanggung jawab dalam transaksi pemain.
Granovskaia terbukti cemerlang dalam pekerjaannya. Dia sosok di balik pembelian sejumlah bintang Chelsea macam Diego Costa.
Granovskaia juga bikin keuangan Chelsea menggemuk lantaran sukses menjual David Luiz, Andre Schuerrle, Juan Mata, dan Romelu Lukaku dengan harga tinggi.
2. BARBARA BERLUSCONI
Bila menyebut satu nama CEO klub sepak bola paling kontroversial, Barbara Berlusconi (31) pantang diabaikan.
Sejak berusia 25 tahun, anak dari pemilik Milan, Silvio Berlusconi, ini telah masuk ke jajaran petinggi I Rossoneri.
Tak hanya pekerjaan, kehidupan pribadi Barbara begitu menyita perhatian publik, terutama ketika ia berpacaran dengan pemain Milan, Alexandre Pato, pada 2011-2013. Kendati mengaku tidak paham tentang sepak bola, Barbara bertekad bikin Milan lebih modern dan maju dari segi bisnis.
Terlepas dari opini yang menganggap kebijakannya tidak membuat Milan berprestasi, target Barbara tadi perlahan-lahan mulai tercapai.
Proyek terbesar dan mungkin tersukses Barbara sejauh ini adalah Casa Milan, area luas yang berisikan kantor pusat, museum, toko, hingga restoran resmi Milan. Tempat ini resmi dibuka pada 2015.
Lady B punya berbagai proyek ambisius lain, termasuk rencana Milan memiliki stadion sendiri.
3. JACQUI OATLEY
Jacqueline Anne Oatley MBE merupakan jurnalis dan presenter sepak bola kawakan Inggris. Pada 2007, dia menjadi perempuan pertama sebagai komentator di Match of the Day BBC Sport.
Ibu dua anak ini pernah meliput kejuaraan sepak bola pria seperti Euro 2008 dan Piala Dunia 2010.
Sebelum sukses seperti sekarang, Oatley cukup sering mendapatkan perlakuan negatif akibat analisis sepak bola darinya. Salah satu aksinya adalah mengkritik kebijakan transfer Manajer Arsenal, Arsene Wenger, pada 2011.
Akibatnya, Oatley, yang kala itu tengah mengandung, menerima kata-kata kasar dari fans Arsenal dan diminta meninggalkan sepak bola.
Pada 19 Oktober 2014, Oatley juga bikin Wenger sebal pada sesi wawancara setelah Arsenal bermain imbang 2-2 kontra Hull City. Jawaban defensif Wenger dan terkesan merendahkan Oatley membuat manajer asal Prancis itu kebanjiran kritik, sementara Oatley menuai pujian.
4. SIAN MASSEY
Hanya segelintir wasit perempuan yang bertugas dalam laga top sepak bola pria. Sian Louise Massey-Ellis salah satunya. Meski telah menjadi wasit dalam laga perempuan dan terdaftar resmi di FIFA, Masey belum menjadi pemimpin utama pada pertandingan pria. Sejauh ini, kariernya sebatas asisten wasit.
Nama Massey-Ellis mendadak tenar ketika ia menjadi asisten wasit pertandingan Premier League antara Sunderland kontra Blackpool pada 28 Desember 2010, tugas pertamanya pada kompetisi kasta teratas di Inggris tersebut.
Pada 22 Januari 2011, Massey menjadi korban seksisme oleh dua komentator Sky Sports, Andy Gray dan Richard Keys, ketika bertugas dalam laga kemenangan 3-0 Liverpool atas tuan rumah Wolverhampton.
Wanita yang kini berusia 30 tahun itu kebanjiran dukungan. Di sisi lain, Gray dan Keys langsung dipecat oleh media tersebut akibat kejadian itu.
5. CARLI LLOYD
Gelandang tim nasional Amerika Serikat, Carli Lloyd, membuat negerinya bangga setelah membawa AS juara Piala Dunia Wanita 2015.
Pada final kontra Jepang, Lloyd, yang dipercaya sebagai kapten pada gim itu, mencetak tiga gol dalam kemenangan 5-2 timnya.
Meski telah mengharumkan nama bangsa, Lloyd merasa dirinya dan timnas wanita tidak dihargai AS lantaran gaji mereka jauh lebih rendah dari timnas pria yang notabene miskin prestasi.
Sejak Maret 2016, Lloyd dan empat pemain timnas AS wanita melaporkan Federasi Sepak Bola AS (USSF) ke pengadilan negeri dengan tuduhan diskriminasi upah.
"Kami sudah cukup sabar selama bertahun-tahun dengan keyakinan federasi mau bersikap adil," kata Lloyd.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.663 |
Komentar