Yeyen Tumena merupakan mantan penggawa tim nasional Primavera yang telah mencicipi pengalaman berkarier sebagai staf pelatih di skuat timnas senior.
Penulis: Martinus Raya Bangun/Ferry Tri Adi
Peran itu bermula dari sebuah kebijakan yang dicetuskan Joko Driyono pada kisaran tahun 2013. Kala itu, Joko masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSSI.
Ketika ditemui di sela-sela kegiatan Managers Meeting Indonesia Soccer Championship A di Park Lane Hotel, Jakarta, Senin (11/4), Joko berujar bahwa kebijakan tersebut ia contoh dari beberapa federasi sepak bola Eropa.
"Saya coba menerapkan apa yang dilakukan Jerman dan Belanda kala mengangkat Oliver Bierhoff dan Frank Rijkaard sebagai staf pelatih di timnas masing-masing. Sebenarnya tidak hanya khusus untuk mantan pemain Primavera, tapi seluruh mantan pemain timnas," ujar Joko.
Namun, program tersebut tak berjalan mulus.
Penyebabnya, pada periode tersebut, sepak bola nasional tengah diguncang isu dualisme kepengurusan (PSSI dan KPSI) dan dualisme timnas.
Bahkan semenjak kisruh PSSI-Kemenpora melanda di awal tahun 2015 dan Joko tak lagi menjabat sebagai Sekjen PSSI, kebijakan itu tak lagi berlanjut.
Tak Mulus
Ketika ditemui Tabloid BOLA, Senin (11/4), Yeyen mengaku masih ingat betul soal pengalamannya berkarya di level timnas.
Hanya, ia juga menuturkan bahwa kesempatan berharga itu gagal berujung maksimal.
"Kebetulan kala itu, saya menjadi bagian dari High Performance Unit (HPU) Badan Tim Nasional. Jadi, saya punya data statistik seluruh pemain di Indonesia. Namun, program timnas tak berjalan mulus karena dualisme," ujar Yeyen.
Pada era tersebut, pemainpemain terbaik di Tanah Air memang sempat terbelah menjadi dua tim.
Barulah saat Indonesia memasuki masa transisi terkait peleburan LPI-LSI dan PSSI-KPSI, Yeyen didaulat untuk menopang tugas Jacksen F. Tiago (timnas senior) dan Rahmad Darmawan (timnas U-23).
"Justru saat masa transisi itulah saya lebih banyak berperan karena Jackson dan RD masih disibukkan dengan tim masing-masing (Persipura dan Arema)," ujar Yeyen.
Kini Yeyen berharap kesempatan serupa bisa dirasakan rekan-rekannya sesama jebolan Primavera ataupun timnas di era terdahulu, khususnya jika konfl ik Kemenpora-PSSI telah diselesaikan dan Indonesia tak lagi disanksi FIFA.
"Untuk saat ini memang mungkin sedang era saya dan rekan-rekan eks Primavera yang banyak beralih sebagai pelatih. Namun, untuk ke depannya, mantan-mantan pemain timnas lain juga layak diberi kesempatan serupa," ujar Yeyen.
Menanti Kesempatan Serupa
Rekan Yeyen sesama jebolan timnas Primavera, Indriyanto Nugroho, menuturkan bahwa saat program magang di timnas berlangsung, ia masih aktif bermain di Madura United.
"Program magang itu sebenarnya bagus, tak hanya buat mantan Primavera, tapi untuk semua mantan pemain timnas. Sebuah kehormatan tersendiri bisa mengabdikan diri buat negara," ujar sosok yang pernah dijuluki Mr. Cepek tersebut.
Meski belum sempat merasakan pengalaman di balik layar Merah-Putih, tandem Kurniawan Dwi Yulianto di Primavera tersebut, tak kecil hati meski kini hanya bertugas di level akar rumput sebagai pelatih SSB.
Curahan hati serupa juga diungkapkan jebolan timnas Baretti yang juga mantan kapten timnas senior, Charis Yulianto.
Sama seperti Indriyanto, Charis juga tengah menekuni bidang pembinaan usia muda dengan menjadi pembimbing di Charis Yulianto Football Academy (CFA).
"Kalau untuk saat ini, saya memang lebih fokus di level pembinaan usia dini saja. Mudahmudahan pada waktunya nanti, saya bisa berkontribusi juga untuk level tim nasional," ujar Charis.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.662 |
Komentar