Manchester City mengamankan tempat di semifinal Liga Champions setelah menyingkirkan Paris Saint-Germain dengan agregat 3-2 pada fase perempat final.
Bukan hanya mengintip tiket ke final Liga Champions 2015-2016, klub beralias The Citizens juga boleh bermimpi meraih gelar.
Berikut lima alasan yang bisa mendukung peluang Manchester City menjuarai Liga Champions musim ini.
1. Efek sentuhan ajaib KDB
Manchester City tak memiliki individu karismatik yang menonjol sekelas Lionel Messi (FC Barcelona), Cristiano Ronaldo (Real Madrid), atau Zlatan Ibrahimovic (PSG).
Okelah mereka punya jagoan top dalam diri Sergio Aguero, tetapi adakalanya sang penyerang tampil jauh di bawah level performa terbaik.
Dalam keadaan tersebut, Man City mengandalkan sentuhan ajaib Kevin de Bruyne.
Gelandang serang Belgia berusia 24 tahun itu menjadi elemen kejutan yang sering berpengaruh vital terhadap raihan tim.
Pada 2015-2016, KDB - sebutan singkat inisial De Bruyne - menyumbangkan 15 gol dan 14 assist dalam 35 partai di berbagai ajang sejak bergabung dengan City musim panas lalu.
Catatan itu membuktikan dirinya bisa menjadi kreator, sekaligus eksekutor ulung.
"Kevin menunjukkan kelasnya sejak bergabung dengan klub ini," ucap bek Bacary Sagna memuji De Bruyne.
Kiper Joe Hart menambahkan pujian buat pencetak gol dalam dua pertemuan lawan PSG itu.
"Sungguh beruntung orang Belgia milik kami menyelesaikan semuanya," kata Hart.
2. Berkah kekuatan underdog
Akibat catatan sejarah tidak impresif di Liga Champions, Man City wajar dianggap sebagai underdog.
Baru pada musim ini The Citizens mampu melewati babak 16 besar. Justru status nonunggulan menjadi berkah bagi pasukan Manuel Pellegrini.
Terbantu hasil undian 'menguntungkan' karena bertemu Dynamo Kyiv di 16 besar, City seperti tampil tanpa beban berat.
Minus ekspektasi tinggi, kemampuan skuat Citizens malah melampaui perkiraaan.
3. Kolektivitas tim
Apa yang spesial dari skuat Manchester City? Mereka bukan tim tersubur, tertangguh, pemilik penguasaan bola tertinggi, ataupun pencatat akurasi operan terbaik.
Sosok tertajam Citizens di Liga Champions musim ini adalah Raheem Sterling dan De Bruyne dengan angka cuma tiga gol.
Justru statistik tersebut bermuara kepada kekuatan mereka: kolektivitas.
Sumber gol intern City berasal dari rekening delapan pemain, yakni Sterling dan De Bruyne (3), David Silva, Fernandinho, Sergio Aguero, dan Wilfried Bony (2), serta Yaya Toure dan bek Martin Demichelis (1).
Pemerataan produktivitas di berbagai sektor ini membuat lawan sulit menebak dari mana datangnya gol City.
4. Semangat warisan terakhir Pellegrini
Manuel Pellegrini berada dalam jalur tepat buat mengakhiri pengabdian di Man City dengan cara terbaik.
Trofi Liga Champions akan menjadi warisan terindah Pellegrini sebelum posisinya digantikan Josep Guardiola mulai musim depan.
Para personel skuat Manchester City pasti akan berjibaku membantu sang pelatih mengucap perpisahan dengan genggaman trofi Si Kuping Besar.
5. Target pikat pelatih anyar dan perpisahan korban
Selain untuk kado perpisahan Pellegrini, keringat dan semangat maksimal awak Manchester City di Liga Champions juga ditujukan buat misi lain.
Para pemain yang berharap bertahan akan melakukan segala cara tampil dengan performa terbaik guna memikat bos anyar kelak, Guardiola.
Sudah umum beredar kabar Guardiola bakal melakukan overhaul alias perombakan besar-besaran terhadap komposisi skuat Citizens musim depan.
Bagi mereka yang merasa punya kans tipis bertahan ketika Guardiola tiba, inilah kesempatan terakhir memenangi titel bergengsi bersama Man City.
Yaya Toure, Samir Nasri, Gael Clichy, atau Demichelis disebut termasuk kategori korban revolusi tersebut.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar