CIAMIS, JUARA.net – PSGC Ciamis merasakan permainan luar biasa saudara tuanya, Persib Bandung. Pelatih PSGC, Gatot Barnowo mengakui permainan anak asuh Dejan Antonic sulit diantisipasi.
PSGC harus megakui keunggulan Persib Bandung dengan skor telak 1-5 pada turnamen segitiga di Stadion Galuh, Kabupaten Ciamis, Minggu (10/8/2016). Menurut Gatot Barnowo, pada pertandingan tersebut ia sudah berupaya mengantisipasi permainan tim kebanggaan bobotoh ini.
Namun, strategi yang disiapkan olehnya tidak bisa membendung kekuatan Atep dkk. Sehingga, pada laga yang disaksikan oleh ribuan bobotoh tersebut, gawang pasukannya harus kebobolan lima gol.
”Menuju pertandingan ini, saya memang sudah mencoba melakukan sejumlah antisiapsi. Tetapi, Persib menerapkan pola main yang menurut saya luar biasa,” kata Gatot.
Gatot menambahkan, pada pertandingan tersebut pelatih Persib Dejan Antonic dinilainya sangat cerdik. Pasalnya, strategi yang diterapkan saat menghadapi pasukannya sangat berbeda dari laga menghadapi Surabaya United.
Baca juga:
- Persela akan Datangkan Gelandang asal Spanyol
- Rahmad Darmawan Bersama T-Team Pesta di Kuching
- Rumah Kerampokan, Nainggolan Kehilangan 15 Jam Tangan
”Saya melihat kemarin (saat Persib Vs Surabaya United) dan sekarang lain. Mereka banyak menekan di sektor sayap saat lawan Surabaya United, tapi ketika menghadapi kami berubah. Saya akui perubahan ini yang membuat repot pertahanan kami,” ucapnya.
Liga gol yang bersarang ke gawang tim berjulukan Laskar Ciung wanara dua diantranya merupakan gol bunuh diri Vincent dan Ahmad Taufiq. Menurutnya, kedua gol tersebut seharusnya tidak terjadi jika pasukannya fokus dan tidak lengah.
Akibat gol tersebut, Gatot Barnowo mengakui mental pasukannya menurun. Sehingga, Atep dkk bisa menambah pundi-pundi gol. ”Ada satu problem, lima menit awal ada peluang dari Persib, sebetulnya itu nggak boleh jadi gol. Sebab, itu yang membuat mental anak-anak tampak sekali dalam bermain timbul keraguan,” tutur eks pelatih PSCS Cilacap itu.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | juara |
Komentar