Sepak mula el clasico tinggal hitungan jam. Periode saat ini barangkali paling krusial buat Zinedine Zidane memompa motivasi anak asuhnya untuk meraih sesuatu di Camp Nou. Bagaimana Zidane melakukannya? Belajar, belajar, dan belajar, terutama dari Rafael Benitez.
Banyak yang bisa ZIzou pelajari dari kekalahan telak Madrid 0-4 atas Barcelona di pertemuan pertama. Salah satu di antaranya adalah kredibilitas. Benitez seorang pelatih pragmatis, yang sangat mengutamakan keseimbangan.
Tapi, di duel el clasico pertama, Rafa bak mencoreng kredibiltasnya sendiri dengan menurunkan susunan pemain starter atas dasar politisasi klub ketimbang urusan taktik.
Salah satu wujudnya nyatanya adalah memainkan James Rodriguez, yang notabene baru fit, setengah pulih, sejak awal laga. James dimainkan alih-alih seorang gelandang serang defensif semodel Casemiro, yang bisa lebih memproteksi pertahanan.
Barangkali memang tak banyak yang bisa dilakukan Rafa. Media Spanyol seperti Marca dan As, menyebut ia "disetir" Presiden Florentino Perez sebelum el clasico untuk menurunkan tim ofensif.
Benitez menolaknya, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Rafa tunduk pada keinginan sang presiden dan skor 0-4 adalah dampak yang ternyata, harus ia bayar dengan pemecatan.
Zizou tampaknya sudah paham. Bermain melawan Barca, dengan memainkan seluruh personel ofensif mereka: James atau Isco, Toni Kroos, Luka Modric, dan Trio BBC (Bale, Benzema, Cristiano), sama saja bunuh diri.
Sangat wajar ketika di pertandingan ini, Zizou lebih memilih mengedepankan Casemiro ketimbang Isco atau James. Casemiro barangkali belum setangguh atau punya pemahaman taktik dan permainan sebrilian Sergio Busquets, tapi setidaknya Casemiro bisa memberikan kenyamanan dan keamanan ekstra buat barisan pertahanan Madrid.
Adanya Casemiro membuat Kroos dan Modric punya kesempatan untul lebih kreatif, lebih bebas memikirkan cara merusak pertahanan Barca, ketimbang sibuk membantu pertahanan.
Memang tak ada garansi bahwa sosok Casemiro seorang bisa menjadi solusi buat Madrid mengalahkan Barca, tapi setidaknya Zizou membuktikan bahwa ia bisa belajar dari masa lalu, terutama masa lalu Madrid di era Benitez yang tumbang 0-4 dari Blaugrana.
Editor | : | Rizki Indra Sofa |
Sumber | : | Marca, Sport, El Mundo Deportivo, As |
Komentar