“Motor yang sangat cepat! Fantastis! Kami memiliki mesin cepat, sangat mudah dikendarai dengan torsi mengesankan. Sebuah paket lengkap, yang tak saya rasakan terakhir kali bersama Ducati,” kata Stoner seperti dikutip Crash. net.
Layaklah Ducati merasa gembira plus optimistis. Mereka mencatat peningkatan 5 km/jam dibandingkan performa di Qatar tahun lalu setelah diramal akan tertahan sebab kehilangan kelonggaran teknis.
Sebelumnya, Ducati diperkenankan melakukan pergantian mesin sebagai kompensasi penghentian pengembangan mesin dan kelonggaran dua liter bahan bakar lebih banyak dibandingkan dengan Yamaha dan Honda.
Tahun ini, semua tim bertarung dalam aturan yang sama.
“Ducati jelas telah melakukan pekerjaan fantastis. Semua pihak mesti menaruh hormat kepada mereka untuk kemampuan mempersempit jarak alih-alih berpikir ‘tidak adil karena mereka mempunyai mesin yang cepat’,” ucap juara dunia 2007 (bersama Ducati) dan 2011 (bersama Honda) itu.
Adaptasi Ban
Tugas Stoner sebagai pebalap tes (atau belakangan kerap disebut “teknisi tercepat”) akan terasa penting. Ducati tak pernah menjuarai sebiji GP pun setelah kemenangan Stoner di kandangnya, Phillip Islands, pada 2010.
Berbekal jam terbangnya dulu, Stoner juga menilai ban masih akan menjadi variabel cukup menentukan. Di Losail, Stoner melihat semua pebalap masih beradaptasi dengan Michelin.
Kritik terhadap ban baru dianggap Stoner sebagai berlebihan.
Seperti masukannya untuk Ducati, pria berusia 30 tahun itu menilai kelemahan di satu sisi tak semestinya menutupi kelebihan sisi lain.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.660 |
Komentar