Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Akuisisi Klub Indonesia: Sah, tetapi...

By Sabtu, 2 April 2016 | 16:53 WIB
Suporter Persis, Pasoepati, saat memberikan dukungan kepada tim kesayangannya.
GONANG SUSATYO/BOLA/JUARA.NET
Suporter Persis, Pasoepati, saat memberikan dukungan kepada tim kesayangannya.

Klub sepak bola tentu erat kaitannya dengan nilai kultur dan sosial di tempat klub tersebut berada. Bagi suporter, klub sepak bola menjadi salah satu identitas sosial.

Penulis: Fery Tri Adi/Gonang Susatyo/Budi Kresnadi

Namun, apa jadinya jika klub yang dibanggakan suporter di suatu daerah harus “pindah kandang” karena kepemilikannya juga beralih?

Beberapa klub di Tanah Air mengalami nasib demikian. Bagaimana para suporter menyikapi berubahnya identitas mereka?

Baraya, pendukung Pelita Bandung Raya, mengaku sakit hati karena ditinggalkan klub.

"Jujur saja kami sakit hati dan merasa dikhianati. Padahal, kami bangga bisa menjadi pendukung PBR yang meraih prestasi bagus pada musim kedua setelah bermarkas di Bandung. Saya mengerti ini berkaitan dengan finansial, tapi apa tidak ada jalan lain agar tetap di Bandung?" kata Eko, pentolan Baraya.

Sementara itu, Pusamania menganggap proses peralihan itu sah saja. Namun, klub juga harus menghitung hal lain, seperti pengakuan dari "rumah baru".

"Sah saja kalau klub berganti kepemilikan dan mungkin juga pindah kandang. Alasannya, klub juga harus terus hidup. Kalau ada orang yang bisa menyambung napas klub, justru bagus, daripada dibiarkan lalu mati," ujar Tommy Ermanto, Ketua Pusamania.

"Namun, kembali lagi soal identitas. Secara de jure memang klub sudah beralih kepemilikan, plus kalau pindah kandang berarti mendapat atmosfer baru. Pertanyaannya, bagaimana secara de facto?" tuturnya.

"Apakah klub tersebut diakui di tempat barunya, seperti halnya di tempat lama? Hitung-hitungan seperti itu juga harus dipikirkan," lanjut Tommy.


Suporter Persis, Pasoepati, saat memberikan dukungan kepada tim kesayangannya.(GONANG SUSATYO/BOLA/JUARA.NET)

Yang dihadapi Pasoepati agak unik. Suporter asal Solo itu mendukung lebih dari satu klub karena klub yang berkandang di Stadion Manahan beberapa kali berganti. Nama mereka pun disesuaikan dengan klub yang didukung.

“Kelompok suporter terbentuk ketika Pelita Solo bermarkas di sini. Saat itu, Pasoepati merupakan kependekan dari Pasukan Suporter Pelita Sejati. Suporter sangat ingin mendukung klub yang bermain di Liga Indonesia,” tutur Mayor Haristanto, pendiri dan presiden pertama Pasoepati.

"Saat itu, Persis Solo masih berada di Divisi Dua. Ketika datang Persijatim Solo, Pasoepati pun mendukungnya,"ujarnya lagi.

"Nama Pasoepati berubah menjadi Pasukan Suporter Sepak Bola Sejati. Kini, dalam kondisi apa pun, Pasoepati mendukung Persis. Pasoepati sudah identik dengan Persis. Jadi, sampai kapan pun, Pasoepati untuk Persis," kata Mayor.

[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4827556230001&preload=none[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.660


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X