Terlepas dari fakta bahwa hasil akhir el clasico tak pernah mudah untuk ditebak, tapi ada penjelasan sederhana dari ketidakmampuan memenangi laga di saat unggul poin jauh.
Ada seperti privilise bagi tim yang unggul poin jauh untuk “melepas” laga karena hasilnya tak memengaruhi permutasi di klasemen.
Ketimbang tampil habis-habisan dan tetap kalah, tim yang unggul bisa memfokuskan diri untuk menekan pedal gas dalam-dalam di laga-laga setelah el clasico.
Toh poinnya sama-sama tiga, siapa pun lawan yang dikalahkan. Apalagi jika tim juga punya kepentingan lain di panggung Eropa, beberapa hari setelahnya.
Saat masih melatih Barca pada awal 1990-an, mendiang Johan Cruyff pernah mengatakan bahwa dirinya tak mempermasalahkan kekalahan di el clasico selama titel juara tetap jatuh ke Barcelona.
Cruyff sendiri sempat merasakan hal tersebut saat Barca takluk dari Madrid di musim 1990-1991, meski kala itu Barca unggul 13 poin atas Los Merengues.
Sebelum menjamu Real Madrid di Camp Nou, akhir pekan ini, tentu menarik untuk mengingat kembali kondisi seperti yang dimaksud.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.660 |
Komentar