"Sebagai pelatih, saya tidak akan pernah diatur oleh pemain. Saya bersyukur bila ada pemain seperti itu yang keluar dari tim. Menurut saya, hanya boleh ada satu lokomotif bila kita hendak membangun tim atau institusi."
Kalimat di atas meluncur dari mulut pelatih Bali United, Indra Sjafri, dalam wawancara khusus bersama JUARA.net awal pekan ini. Sepintas dari ucapannya tersebut, akan sangat mudah melabel pelatih kelahiran Sumatra Barat tersebut punya bakat otoriter dalam dirinya.
Namun, Indra hanya ingin mempertahankan prinsip-prinsip yang sudah diyakininya sejak lama. Demi keyakinan itu pula sang pelatih siap kehilangan pemain seperti Lerby Eliandry, yang sudah mencetak sembilan gol bagi Bali United di Liga QNB dan tiga turnamen kendati akhirnya hengkang karena tidak ada kesepakatan nilai kontra, atau gelandang paten Bayu Gatra.
Selain itu, ada beberapa pemain lain yang juga meninggalkan Serdadu Tridatu dengan berbagai alasan, baik teknis maupun visi. "Bagi saya tidak masalah. Tidak mungkin membangun tim bersama orang yang tidak satu visi. Pemain tidak boleh merasa lebih besar dibanding Bali United, termasuk pemain asing. Kita membangun tim, bukan individu. Bahkan David Beckham saja didepak oleh Alex Ferguson karena merasa lebih besar dibanding Man. United," kata Indra.
Namun, jangan salah sangka. Ini bukan satu-satunya 'wajah' coach Indra saat berhadapan dengan pemain-pemainnya. Mantan pelatih timnas U-19 ini juga bisa meredam kegusaran pemain dengan kelembutannya.
Salah satunya terlihat saat menenangkan Kiko Insa, yang meradang setelah kepalanya terluka dan mengelurkan darah akibat sikutan bek Bio Paulin saat menghadapi Persipura di laga Grup B Piala Bhayangkara. Kiko, yang memang dikenal suka meletup-letup, semakin gusar karena melihat wasit Sukoco mengabaikan insiden tersebut.
Kiko sempat mengamuk saat diperintahkan mengobati lukanya di pinggir lapangan. Tak satu pun pemain Bali United yang bisa meredam amarah bek asal Spanyol tersebut. Namun, kegusaran Kiko langsung reda setelah dipeluk dan ditenangkan oleh Indra di pinggir lapangan.
Sifat kebapakan ini yang membuat Yabes Roni Malaifani tak segan melemparkan tos ke arah Indra selepas mencetak gol kontra PS Polri. Hal serupa pula membuat beberapa penggawa PS Polri yang notabene mantan anak didiknya di timnas U-19, seperti Paulo Sitanggang dan Ilham Udin, tetap menghampiri Indra dan mencium tangannya selepas pertandingan.
Namun, wajah ini bisa berubah seketika saat Indra melihat anak buahnya sendiri melakukan hal tak terpuji. Beberapa pemain Bali United terlihat mengerubungi ofisial pertandingan setelah babak pertama usai untuk memprotes beberapa insiden sepanjang 45 menit awal kontra PS Polri.
Indra, yang saat itu sudah melangkah menuju ruang ganti, sontak balik badan dan menghardik para pemain. Wajahnya garang saat memerintahkan I Gede Sukadana cs. masuk ke ruang ganti. Tak sampai di situ, Indra sampai masuk ke lapangan untuk mengusir pemain Bali United yang masih mengerubuti wasit.
"Saya hanya menyampaikan apa yang benar menurut saya. Seorang pemain tidak boleh membentak-bentak wasit. Saat pemain berjuang dengan baik, saya memeluk dia. Tapi, begitu dia salah, saya harus memarahi dia," ujar lelaki 53 tahun ini pada JUARA.net.
"Pelatih kan gunanya untuk itu. Kita marahi saat pemain salah, kita apresiasi ketika dia benar," tambah Indra. (Andrew Sihombing/Yan Daulaka)
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | juara.net |
Komentar