Indra Sjafri termasuk pelatih beruntung. Dalam menjalankan perannya sebagai pelatih Bali United, lelaki 53 tahun asal Sumatra Barat ini mendapat kebebasan penuh mengendalikan tim tanpa campur tangan siapa pun, bahkan oleh pemilik klub Pieter Tanuri dan CEO Yabes Tanuri.
Kemewahan seperti itu tak dimiliki oleh banyak pelatih sepak bola lain di Indonesia.
"Hal ini memang sudah menjadi komitmen antara saya dengan Pak Pieter dan Pak Yabes. Sejak awal bertemu, saya sudah bertanya soal visi mereka," kata coach Indra dalam wawancara khusus dengan JUARA di Hotel Natya, Kuta, Bali.
"Saya tidak mau sekadar menjadi orang yang menyusun pemain. Untungnya, mereka setuju bahwa proses merupakan hal penting," tambah eks komandan timnas U-19 tersebut.
Setiap proses tentunya membutuhkan waktu. Bagi Indra, periode yang dibutuhkan untuk menuntaskan semua visi dan mimpinya di Bali United adalah lima tahun.
"Saya ingin tim ini hadir di kancah sepak bola dengan cara yang berbeda," tuturnya.
[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4819415467001&preload=none[/video]
Itu sebabnya eks gelandang PSP Padang tersebut selalu siap beradu argumen dengan orang-orang yang langsung menuntut agar Serdadu Tridatu langsung bisa mengguncang peta sepak bola nasional lewat raihan gelar di turnamen-turnamen yang kerap berlangsung beberapa waktu terakhir.
"Kalau saya menilai pencapaian, bukan berarti penampilan tim di turnamen. Saya tidak mau gila seperti klub lain yang mengukur pencapaian dengan mengangkat trofi. Sepak bola Indonesia selalu dikelola dengan cara-cara instan seperti demikian dan ini sesuatu yang salah," katanya.
Indra dan setiap pelatih lain tentu punya hak untuk memegang teguh keyakinan pada visi serta filosofi masing-masing.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | juara |
Komentar