Bersaing di pentas balap internasional, termasuk Kejuaran Dunia MotoGP, merupakan cita-cita pebalap muda Indonesia, Ali Adrian.
Jalan tengah dirintis. Dia memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar dan membuka jalan demi mewujudkan mimpi, termasuk dengan berguru ke Spanyol.
Sejak akhir 2014, dia ditangani mantan pebalap 250cc asal Spanyol, David Garcia. Adrian bahkan sempat tinggal selama beberapa bulan di sirkuit milik Garcia, Circuito de Almeria.
Garcia punya pengaruh besar dalam gaya balap dan prinsip Adrian. Sebelum bertemu Garcia, Adrian berprinsip "sekarang atau tidak selamanya".
"Bahasa Spanyolnya, pan para hoy hambre para mañana, artinya roti habis buat hari ini, besoknya kelaparan. Setelah bertemu David, prinsip saya berubah," kata Adrian.
"Maksudnya, kalau balapan harus pakai strategi. Tenaganya harus disimpan dan diatur," ujarnya menambahkan.
Soal gaya balap, Adrian menyebut pebalap MotoGP dari tim Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo, sebagai panutan.
"Gaya balap saya mirip dengan dia, makanya dia jadi referensi saya. Cara balapnya halus, tetapi berkarakter. Fighting spirit-nya bagus dan kalau balapan enggak grasak-grusuk. Kalau di tenis itu Rafael Nadal," aku Adrian.
Pebalap MotoGP lainnya yang punya peran besar dalam hidup Adrian adalah Tito Rabat. Pebalap Spanyol tersebut juga dimanajeri Garcia.
Tahun lalu selama beberapa bulan, mereka tinggal bersebelahan di rumah truk yang ada di Circuito de Almeria dan sering menghabiskan waktu berlatih bersama.
"Kalau musim dingin, saya latihan pagi bareng Tito dari pukul 8 sampai 9 atau 10 di sirkuit besar. Siangnya latihan jam 2 sampai 4, di sirkuit kecil," ujar Adrian lagi.
Selain latihan memacu motor, Adrian juga harus menjaga kebugaran dengan berlari dan nge-gym.
Ketika tidak sedang berada di Spanyol, Adrian tetap menjalani latihan rutin, termasuk memacu motor di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | juara |
Komentar