Bali United terus melakukan persiapan menjelang laga semifinal Piala Bhayangkara kontra Persib Bandung, Rabu (30/3/2016). Kendati patut diapresiasi, sukses ini juga memperlihatkan problem klasik yang masih dihadapi pelatih Indra Sjafri.
Sejak namanya mencuat kala menukangi timnas U19, kualitas Indra sebagai pelatih jempolan diakui banyak orang. Permainan Tim Garuda Jaya asuhannya, yang mengusung skema ofensif berbasis penguasaan bola dan kualitas fisik prima, memberi warna baru dalam sepak bola Indonesia.
Karakter permainan itu pula yang sekarang hendak diterapkannya di Bali United. Hanya, selain gaya bermain, penyakit lama di tim asuhan Indra rupanya kembali muncul pada tim berjulukan Serdadu Tridatu ini.
Menarik garis sejarah ke belakang, timnas U-19 asuhan Indra mencetak total 14 gol pada Kejuaraan AFF tahun 2013. Hanya dua di antaranya yang disumbangkan oleh penyerang tengah Muchlis Hadi Ning Syaifulloh. Sisa gol lain diciptakan oleh penyerang sayap Ilham Udin (4 gol), gelandang Evan Dimas (5), pemain tengah Al Qomar Tehupelasury (1), gelandang M. Hargianto (1), dan bek Putu Gede Juni Antara (1).
Beranjak ke kualifikasi Piala AFC U-19 pada 2014, Muchlis cuma bisa mengoleksi 2 gol. Pemain lain yang mencetak gol pada ajang tersebut adalah Evan (4), Yabes Roni (1), Paulo Sitanggang (1), dan Hargianto (1).
Saat menukangi Bali United, persoalan ini sepertinya sudah akan selesai dengan kehadiran Lerby Eliandry. Eks pemain Persisam U-21 ini bisa mengemas empat gol pada Piala Presiden, kendati salah satunya berasal dari eksekusi penalti. Adapun pencetak gol lainnya untuk Bali United dalam ajang itu ialah Bayu Gatra (gelandang/2 gol), Sandy Sute (gelandang/1), Sultan Samma (gelandang/1), Fadhil Sausu (gelandang/1), dan Nyoman Sukarja (penyerang sayap/1).
Beranjak ke Piala Jenderal Sudirman, Lerby juga memborong seluruh koleksi gol Bali United. Tetapi, saat itu I Gede Sukadana cs terpuruk di dasar klasemen babak grup dengan hanya mengemas sebiji gol.
Kendati menjadi tumpuan harapan, suporter BU akhirnya harus gigit jari saat mendengar Lerby tak mau membubuhkan tanda tangan di atas kontrak. Ketidaksepakatan soal besaran kontrak dinilai menjadi alasan perginya Lendry ke Pusamania Borneo FC.
Indra sepertinya belum juga menemukan pengganti yang tepat bagi Lerby. Beberapa penyerang tengah yang sudah dimainkannya pada Piala Bhayangkara tak kunjung memperlihatkan ketajaman serupa.
BU hanya mengemas empat gol pada fase penyisihan Grup B, tak satu pun dari penyerang tengah. Pemain sayap Yabes Roni menjadi yang tersubur dengan sepasang gol, sementara lainnya disumbangkan oleh gelandang Fadhil Sausu dan I Gede Sukadana.
Indra bukannya tak sadar mengenai kekurangan dalam tim asuhannya. Namun, lelaki 53 tahun asal Sumatera Barat ini tak terlalu terbeban karenanya.
"Tidak ada masalah bila pemain gelandang atau pemain selain penyerang tengah yang mencetak gol. Dalam skema 4-3-3 yang saya racik, semua pemain harus bisa berkontribusi mencetak gol, termasuk bek sayap sekalipun," katanya dalam wawancara khusus dengan JUARA di Hotel Natya, Kuta, Bali, Senin (28/3).
Indra bahkan menyebut bukan cuma BU yang bermasalah dengan ketiadaan penyerang tengah haus gol.
"Bahkan di tim nasional, dari junior sampai senior sekalipun, kita tidak memiliki goal-getter yang istimewa. Kita kebanyakan memiliki pemain sayap yang bagus. Menciptakan pemain-pemain hebat di tiap posisi inilah yang semestinya menjadi kewajiban pelatih, termasuk saya. Klub juga memiliki kewajiban untuk menyediakan generasi penerus bagi timnas. Jadi, bukan hanya untuk euforia klub dan kompetisi yang tidak ada ujung pangkalnya," ucap Indra.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | juara |
Komentar