Claudio Ranieri sempat menjelaskan faktor eksternal di balik kesuksesan Leicester City pada Premier League 2015-2016. Menurut dia, tim asuhannya terbantu oleh performa melempem sejumlah tim besar.
"Tim-tim besar belum menyalakan mesin turbo dan semoga mereka tidak melakukannya. Apabila mereka sudah menyalakannya, kami akan berada di papan tengah," kata Ranieri seperti dikutip Sky Sports, 20 Januari 2016.
Harapan arsitek berjulukan The Tinkerman itu terpenuhi. Hingga pekan ke-31, klub-klub raksasa masih sering membuang poin dalam perburuan gelar.
15% - Fifteen per cent of the penalties in the Premier League this season (10/68) have been awarded to Leicester. Useful.
— OptaJoe (@OptaJoe) March 22, 2016
Alhasil, Leicester memuncaki klasemen dengan koleksi 66 poin dari 31 pertandingan. Mereka unggul lima poin atas Tottenham Hotspur dan sebelas angka atas Arsenal.
Susunan klasemen saat ini bukanlah pemandangan lazim, bahkan bisa disebut anomali. Dengan raupan poin serupa, Leicester dipastikan tidak akan bertengger di puncak. Sebagai catatan, tim-tim lainnya menunjukkan performa seperti sembilan musim sebelumnya.
Lantas, posisi berapa yang diduduki Leicester apabila anomali tidak terjadi?
2014-2015: Leicester City bertengger di posisi kedua dengan selisih tujuh poin dengan Chelsea, yang menduduki puncak.
2013-2014: Leicester hanya mampu menempati peringkat keempat. Di atas mereka, ada Manchester City, Chelsea, dan Liverpool.
2012-2013: Posisi kedua menjadi miliki Leicester City, tetapi ada selisih 12 angka dengan pemuncak klasemen, Manchester United.
2011-2012: Leicester cuma bertengger di peringkat ketiga dengan selisih sepuluh poin dengan Manchester United selaku pemuncak klasemen
Editor | : | |
Sumber | : | transfermarkt |
Komentar