Semua di AS Roma Bersatu demi Edin Dzeko

Skuat Roma bersatu tidak hanya untuk meraih kemenangan. Mereka juga bersatu demi Edin Dzeko. Demikian analisis situs Vocegiallorossa satu hari setelah Roma menang 2-1 atas tuan rumah Udinese pada Minggu (13/3/2016).

Penulis : Riemantono Harsojo

Dzeko kembali mendapat kritik keras setelah tampil buruk dalam pertandingan tandang di babak 16 besar Liga Champion melawan tuan rumah Real Madrid pada 8 Maret.

Dalam laga tersebut, penyerang asal Bosnia ini membuang sebuah peluang emas saat kedudukan masih imbang 0-0.

Roma akhirnya kalah 0-2 dan tersingkir dari kompetisi dengan agregat 0-4.

Pelatih Luciano Spalletti sempat berencana tak memasang Dzeko di awal pertandingan melawan Udinese lantaran penampilan buruk eks pemain Manchester City itu saat lawan Madrid.

Namun, Spalletti membatalkan rencana tersebut.

"Saya memainkannya karena jika tidak itu akan menjadi pukulan buatnya secara mental," kata Spalletti, seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.

Pilihan Spalletti tepat. Dzeko mencetak gol pertama Roma lewat tendangan kaki kanan dari dalam kotak penalti.

"Jika hari ini saya tak menurunkan Dzeko, maka kami akan kalah. Semua orang tahu itu," ucap Spalletti setelah laga.

Penampilan pemain berusia 29 tahun itu dipuji media-media Italia. La Gazzetta dello Sport memberi nilai 7 untuk penampilan Dzeko di Stadion Friuli.

Dia disebut semakin memperbesar pengaruhnya dalam permainan Roma pada lima pertandingan terakhir di Serie A, di mana dia mengemas empat gol.

Tumbuhkan Keyakinan

Spalletti ingin menumbuhkan keyakinan pada diri Dzeko. Karena itu, ia tetap memainkan sang penyerang.

Seluruh pemain Roma juga ingin menaikkan kepercayaan diri Dzeko, yang sempat dikecam media karena dinilai gagal memenuhi ekspektasi pada musim perdana di Serie A.

Vocegiallorossa memberi gembaran tentang bagaimana skuat Roma bersatu untuk membantu Dzeko di laga kontra Udinese.

"Para pemain Giallorossi tampak bermain hanya untuk Dzeko agar dia lebih mungkin mencetak gol," tulis situs tersebut.

Vocegiallorossa kemudian memberi contoh, "Pada babak pertama, Stephan El Shaarawy memiliki kesempatan mendekati kotak penalti dan menendang ke gawang yang dikawal Orestis Karnezis, tapi dia memberikan bola kepada Dzeko yang sayangnya tidak dalam kondisi terbaik untuk menuntaskannya menjadi gol."

"Di babak kedua, setelah memberikan assist untuk gol Alessandro Florenzi, Miralem Pjanic mengeksploitasi kesalahan di pertahanan tim Friulani. Gelandang Bosnia itu memiliki banyak ruang di depannya untuk menaklukkan Karnezis, tapi seperti El Shaarawy, dia memberikan bola kepada Dzeko. Sayang, assist itu tak sempat diterima rekan senegaranya karena bola direbut tim Friulani".

Jalan Dzeko untuk memenangkan hati publik sepak bola Italia memang masih panjang.

Torehan tujuh gol dari 24 penampilan di Serie A tergolong minim, tapi dia yakin performanya akan terus membaik.

"Anda selalu bisa menjadi lebih baik, tapi Serie A adalah liga yang defensif dan saya membutuhkan waktu untuk adaptasi. Saya merasa baik dan berada di trek tepat, jadi saya berharap ini akan berlanjut," ujar Dzeko.

Sejarah mencatat bahwa Dzeko selalu mengalami kesulitan pada musim perdana bermain di liga baru. Namun, empat gol dalam lima laga terakhir menjadi sinyal bahwa Dzeko mulai membaik di Roma.

[video]http://video.kompas.com/e/4786868941001_ackom_pballball[/video]