Tiga pemain tunggal putra muda nasional tidak ada yang bisa menembus babak kedua All England 2016 di Birmingham, 8-13 Maret. Dua di antaranya bahkan tak bisa melewati babak kualifikasi.
Jonatan Christie lolos ke babak utama mendampingi mantan pemain pelatnas, Tommy Sugiarto. Namun, langkahnya langsung terhenti setelah kalah dari Kento Momota (Jepang), 21-19, 18-21, 13-21.
Ihsan Maulana Mustofa dan Anthony Sinisuka Ginting terhenti pada babak kualifikasi. Ihsan kalah dari Jonatan, sementara Anthony dihentikan pemain India, Sameer Verma.
"Untuk Jonatan, cukup oke, sementara Ihsan belum bisa diukur karena dia ketemu teman sendiri yang sudah sama-sama sering latihan di pelatnas," kata Hendri Saputra, pelatih nasional tunggal putra.
"Untuk Anthony, saya lihat dia belum matang. Perlu ditingkatkan segalanya, dari fisik dan mental. Karena ini kejuaraan yang sangat penting, pemain kita terlihat belum matang di lapangan," kata Hendri menambahkan.
Bagi Jonatan, Ihsan, maupun Anthony, tahun ini merupakan kali pertama mereka turun di All England. Menurut Hendri, pengalaman ini akan punya arti besar bagi karier ketiganya.
Hendri melihat ada tiga hal yang membuat All England berbeda. Pertama tentu saja aura event. Sebagai turnamen tertua sepanjang sejarah bulu tangkis dunia, All England memilik euforia tersendiri.
Shuttlecock di All England juga terasa berbeda. Kok di All England memang terasa lebih berat dan jadi sedikit lambat dibandingkan pada turnamen lain.
"Ketiga, cuaca juga memengaruhi pergerakan pemain. Footwork pemain sedkit berbeda. Dan tentu saja yang paling penting adalah mental," kata Hendri.
Gagal di All England, tiga pemain muda ini akan kembali ke Indonesia dan langsung berlatih untuk mempersiapkan diri jelang Selandia Baru Terbuka, 22-27 Maret.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar